Mengapa Pemerintah Tampak Abai terhadap Merebaknya Gaya Hidup YOLO, FOMO, dan FOPO?

Gaya Hidup YOLO, FOMO dan FOPO
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Gaya Hidup Digital dan Kebijakan yang Terlambat

YOLO, FOMO, FOPO: Gaya Hidup Instan yang Merusak Masa Depan Generasi Muda

Salah satu alasan lain di balik kurangnya perhatian pemerintah terhadap masalah ini adalah regulasi yang cenderung tertinggal dibandingkan perkembangan teknologi dan tren sosial. Peraturan terkait judi online, pinjaman online, hingga penggunaan media sosial belum mampu mengimbangi kecepatan pertumbuhan platform digital dan dampaknya pada generasi muda.

Selain itu, minimnya kampanye kesadaran terkait dampak buruk YOLO, FOMO, dan FOPO menunjukkan bahwa pemerintah belum memprioritaskan edukasi publik mengenai bahaya gaya hidup digital. Padahal, survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 78% responden berusia 18-30 tahun merasa cemas atau tertekan akibat tekanan sosial di media digital.

Generasi YOLO, FOMO, dan FOPO: Apakah Kita Menuju Krisis Identitas?

Solusi: Pemerintah Harus Lebih Serius Menangani Masalah Ini

Jika tidak ada tindakan nyata, generasi muda yang terjebak dalam gaya hidup YOLO, FOMO, dan FOPO akan menghadapi risiko kehilangan stabilitas finansial, kesehatan mental, hingga karir di masa depan. Pemerintah harus segera menyadari bahwa tren ini bukan sekadar fenomena sosial yang bersifat sementara, melainkan ancaman serius terhadap kualitas hidup generasi penerus bangsa.

Film-Film yang Mengubah Dunia: 7 Karya Sinema yang Akan Menginspirasi Hidupmu

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memperketat regulasi terkait judi online dan pinjaman online, serta memperbanyak kampanye edukasi mengenai manajemen keuangan dan kesehatan mental di kalangan anak muda. Selain itu, pemerintah juga harus bekerja sama dengan platform media sosial untuk meminimalisir konten-konten yang memicu FOMO dan FOPO.

Merebaknya gaya hidup YOLO, FOMO, dan FOPO di kalangan anak muda adalah masalah serius yang memerlukan perhatian lebih dari pemerintah. Tanpa adanya langkah konkret, generasi muda Indonesia akan terus terjebak dalam siklus perilaku konsumtif, tekanan sosial, dan masalah mental. Pemerintah harus segera bertindak sebelum terlambat.