YOLO, FOMO, dan FOPO: Bahaya Gaya Hidup Digital yang Mengancam Generasi Muda

Gaya Hidup YOLO, FOMO dan FOPO
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam era digital saat ini, tren gaya hidup YOLO (You Only Live Once), FOMO (Fear of Missing Out), dan FOPO (Fear of Other People's Opinion) telah berkembang pesat, khususnya di kalangan generasi muda. Ketiga fenomena ini secara drastis mengubah cara anak muda melihat dunia, membentuk perilaku mereka, dan bahkan memengaruhi kesehatan mental. Meski tren ini terlihat modern dan “kekinian,” kenyataannya gaya hidup digital seperti ini membawa risiko besar yang sering kali tidak disadari.

Kebangkitan Stoikisme: Filosofi Kuno yang Menjawab Tantangan Era Digital

Apa Itu YOLO, FOMO, dan FOPO?

  • YOLO (You Only Live Once): Prinsip hidup sekali ini mendorong seseorang untuk mengejar kesenangan sesaat dan mencoba pengalaman baru, bahkan dengan mengabaikan risiko.
  • FOMO (Fear of Missing Out): Ketakutan akan ketinggalan informasi atau tren membuat seseorang merasa tertekan untuk selalu mengikuti apa yang sedang populer.
  • FOPO (Fear of Other People's Opinion): Ketakutan terhadap penilaian atau opini orang lain ini semakin memperparah tekanan sosial, membuat seseorang terus berusaha memenuhi ekspektasi masyarakat, terutama di media sosial.

Dampak Gaya Hidup Digital Terhadap Generasi Muda

  1. Kesehatan Mental yang Terancam
    Media sosial menjadi arena utama bagi penyebaran tren YOLO, FOMO, dan FOPO. Akibatnya, anak muda merasa tertekan untuk terus mengikuti tren, memamerkan kesuksesan, dan mendapatkan validasi dari orang lain. Menurut sebuah studi dari American Psychological Association (APA), FOMO terkait dengan peningkatan tingkat kecemasan dan depresi di kalangan remaja dan dewasa muda. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekitar 56% pengguna aktif media sosial merasa tertekan karena membandingkan hidup mereka dengan orang lain.
  2. Membentuk Budaya Hidup Instan
    YOLO dan FOMO sering kali mendorong perilaku impulsif. Misalnya, karena takut "ketinggalan," banyak anak muda yang mengambil keputusan yang kurang matang, seperti berbelanja barang mahal, mengambil pinjaman online, atau terlibat dalam aktivitas berisiko seperti judi online. Gaya hidup instan ini justru menjauhkan generasi muda dari perencanaan jangka panjang dan keuangan yang stabil.
  3. Tekanan Sosial dan FOPO
    FOPO memperburuk dampak negatif media sosial, di mana remaja dan dewasa muda merasa harus tampil sempurna agar tidak mendapat penilaian negatif dari orang lain. Sebuah survei oleh Pew Research Center menyebutkan bahwa lebih dari 70% anak muda merasa takut diejek atau dikritik di dunia maya, sehingga mereka cenderung membangun citra yang tidak realistis tentang diri mereka.
JOMO: Seni Melarikan Diri dari Keriuhan Dunia Digital

Solusi: Mengatasi Dampak Negatif

Edukasi mengenai bahaya gaya hidup digital ini sangat penting. Orang tua, guru, dan masyarakat harus berperan dalam menyadarkan generasi muda mengenai dampak buruk dari FOMO, FOPO, dan YOLO. Selain itu, pendekatan berbasis kesadaran mental, seperti mindfulness dan pembatasan penggunaan media sosial, dapat membantu mengurangi tekanan yang dialami anak muda.

Dari JOMO ke Stoicisme: Bagaimana Filosofi dan Alam Bersatu untuk Kesehatan Mental

Tren YOLO, FOMO, dan FOPO tampaknya semakin mengakar di kalangan generasi muda, tetapi jika tidak segera disadari, gaya hidup ini bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mental, keuangan, dan kualitas hidup mereka di masa depan. Generasi muda harus didorong untuk melihat kehidupan dengan perspektif yang lebih sehat dan realistis, tanpa tekanan sosial yang berlebihan.