Pengaruh Socrates: Bagaimana Konsep Hidup yang Diuji Membentuk Filsafat Kontemporer
- Handoko/Istimewa
Jakarta, WISATA - Socrates, filsuf besar dari Yunani kuno, dikenal dengan prinsipnya yang terkenal: "Hidup yang tidak diuji tidak layak untuk dijalani." Kalimat ini, yang terlihat sederhana namun penuh makna, telah menjadi fondasi utama dalam perkembangan filsafat, baik di zamannya maupun di era modern. Konsep hidup yang diuji oleh Socrates telah melahirkan gelombang pemikiran yang terus mempengaruhi filsafat kontemporer, dari eksistensialisme hingga filsafat moral modern.
Siapakah Socrates dan Apa yang Dimaksud dengan Hidup yang Diuji?
Socrates adalah salah satu pendiri filsafat Barat yang berpengaruh, namun ia sendiri tidak pernah menulis apa pun. Sebagian besar ajarannya kita ketahui melalui tulisan-tulisan muridnya, terutama Plato. Ajaran Socrates yang paling terkenal adalah metode dialektika, atau dikenal sebagai metode Socratic, di mana ia menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menelusuri kebenaran dan memperjelas pemahaman lawan bicaranya.
Socrates percaya bahwa setiap manusia harus terus memeriksa kehidupannya, mempertanyakan segala sesuatu, dan mencari kebenaran. Baginya, hanya dengan menguji kehidupan dan pilihan-pilihan kita, kita dapat mencapai kebijaksanaan sejati. Konsep ini tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga sangat relevan di dunia modern saat ini.
Pengaruh Socrates Terhadap Filsafat Eksistensialis
Eksistensialisme, sebuah aliran filsafat yang populer di abad ke-20, sangat dipengaruhi oleh ajaran Socrates. Filsuf-filsuf seperti Jean-Paul Sartre, Albert Camus, dan Martin Heidegger, meskipun memiliki pendekatan yang berbeda, semuanya berfokus pada makna eksistensi manusia. Mereka, seperti Socrates, mempertanyakan apakah hidup ini memiliki makna jika tidak dipikirkan secara mendalam.
Dalam eksistensialisme, manusia dihadapkan dengan kebebasan mutlak untuk membuat pilihan dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Ide ini sangat paralel dengan ajaran Socrates tentang refleksi diri. Sartre, misalnya, percaya bahwa manusia "dikutuk untuk bebas" dan bahwa kita harus bertanggung jawab atas setiap tindakan yang kita ambil. Pemikiran ini adalah pengembangan lebih lanjut dari ajaran Socrates, di mana manusia harus terus menguji hidupnya dan mengambil tanggung jawab penuh atas pilihan-pilihannya.