Dialog dan Pengujian Diri: Cara Socrates Mengajarkan Kebijaksanaan Melalui Pertanyaan
- Handoko/Istimewa
Malang, WISATA - Dalam dunia yang sering kali menilai pengetahuan berdasarkan seberapa banyak jawaban yang kita miliki, ajaran Socrates menawarkan pendekatan yang sangat berbeda. Socrates, filsuf Yunani kuno yang terkenal, percaya bahwa kebijaksanaan sejati tidak datang dari seberapa banyak yang kita tahu, melainkan dari seberapa baik kita bertanya. Melalui metode dialognya yang dikenal sebagai "dialektika," Socrates mengajarkan bahwa pertanyaan adalah jalan menuju kebijaksanaan.
Socrates dan Metode Dialektika: Belajar dengan Bertanya
Metode Socrates yang paling terkenal adalah dialektika, yaitu teknik bertanya yang bertujuan untuk memancing refleksi dan pengujian diri. Alih-alih memberikan jawaban langsung, Socrates lebih memilih untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang dalam, yang memaksa lawan bicaranya untuk mempertimbangkan kembali keyakinan mereka. Ini bukan sekadar bentuk argumen, tetapi suatu cara untuk menggali kebenaran yang lebih dalam melalui dialog.
Di dalam dialog-dialognya, Socrates sering kali mengajukan serangkaian pertanyaan yang menggali secara mendalam keyakinan dan asumsi dasar seseorang. Dengan melakukan ini, dia tidak hanya menguji pengetahuan lawan bicaranya, tetapi juga mendorong mereka untuk berpikir lebih kritis dan mendalam.
Pendekatan ini masih sangat relevan di zaman modern, di mana informasi sering kali disajikan secara cepat dan tanpa analisis yang mendalam. Dalam era digital, kita terbiasa mencari jawaban instan melalui internet atau media sosial, tetapi jarang meluangkan waktu untuk bertanya lebih dalam atau merenungkan kebenaran di balik informasi yang kita terima.
Pentingnya Pengujian Diri dalam Pencarian Kebijaksanaan
Socrates meyakini bahwa kebijaksanaan sejati hanya bisa dicapai melalui pengujian diri yang terus-menerus. Dalam setiap dialognya, dia selalu mendorong lawan bicaranya untuk mempertanyakan segala sesuatu, termasuk keyakinan mereka sendiri. Ini adalah bentuk pengujian diri yang mendalam, di mana seseorang tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi aktif mencari kebenaran melalui refleksi dan dialog.