Socrates dan Plato: Misteri, Kebijaksanaan, dan Kontroversi dalam Dialog-Dialog Abadi
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Socrates dan Plato adalah dua nama besar yang tak terpisahkan dalam sejarah filsafat Barat. Socrates, yang dikenal sebagai bapak filsafat Barat, dan Plato, murid setianya, telah memberikan kontribusi besar yang membentuk cara pandang dunia tentang kebijaksanaan, moralitas, dan kehidupan. Meski Socrates tidak menulis satu pun karya, pemikirannya terus hidup melalui dialog-dialog yang ditulis oleh Plato. Dialog-dialog ini, seperti Apologia, Phaedo, dan The Republic, menjadi landasan pemikiran kritis hingga kini. Namun, di balik kebijaksanaan yang mereka tawarkan, tersimpan misteri dan kontroversi yang tetap menjadi bahan perdebatan.
Socrates: Sang Filsuf Misterius yang Tak Pernah Menulis
Socrates adalah tokoh unik dalam sejarah filsafat. Ia dikenal bukan karena karyanya, melainkan melalui catatan murid-muridnya, terutama Plato. Socrates menghabiskan hidupnya bertanya dan menantang asumsi-asumsi masyarakat Athena. Ia tidak mengajar di kelas formal atau menulis buku, melainkan berdiskusi di pasar-pasar dan tempat umum, berbicara dengan siapa pun yang ia temui. Ini menjadikannya tokoh misterius; kita hanya tahu tentangnya dari sudut pandang orang lain, terutama Plato yang memujanya.
Kebijaksanaan Socrates: Bertanya Lebih dari Menjawab
Salah satu ciri khas Socrates adalah pendekatannya yang dikenal sebagai metode dialektika atau metode Socrates. Metode ini melibatkan bertanya secara kritis untuk mengeksplorasi ide-ide dasar dan menantang asumsi. Socrates percaya bahwa dengan bertanya, seseorang dapat mendekati kebenaran. Ungkapannya yang terkenal, “Aku tahu bahwa aku tidak tahu,” menjadi simbol kerendahan hati intelektual. Baginya, kebijaksanaan sejati bukanlah mengetahui segalanya, melainkan mengakui keterbatasan pengetahuan.
Kontroversi: Pengadilan dan Eksekusi Socrates
Meski dihormati oleh sebagian, Socrates juga dianggap berbahaya oleh banyak orang. Ia didakwa merusak pemuda Athena dan tidak menghormati dewa-dewa kota. Tuduhan ini membawa Socrates ke pengadilan, di mana ia dengan berani membela dirinya, seperti yang terekam dalam dialog Apologia. Alih-alih meminta belas kasihan, Socrates menantang para juri untuk berpikir kritis tentang hukum dan moralitas. Ia akhirnya dijatuhi hukuman mati dan harus meminum racun. Eksekusi ini menandai salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah filsafat dan menjadi simbol keberanian intelektual yang melawan arus.