DDoS Attack: Mengapa Perusahaan Raksasa Pun Tak Berdaya Melawan Serangan Brutal Ini?
Rabu, 4 September 2024 - 19:56 WIB
Sumber :
- Image Creator/Handoko
Meskipun memiliki sumber daya yang melimpah, perusahaan raksasa sering kali tak berdaya melawan serangan DDoS. Berikut adalah beberapa alasan mengapa serangan ini begitu sulit diatasi:
- Skala dan Intensitas Serangan: Penyerang DDoS terus meningkatkan skala dan intensitas serangan mereka, dengan menggunakan botnet yang lebih besar dan teknik serangan yang lebih canggih. Sebuah laporan dari Nexusguard mengungkapkan bahwa pada kuartal kedua tahun 2023, serangan DDoS global meningkat sebesar 24% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan rata-rata serangan mencapai puncak sebesar 17 Gbps.
- Serangan Multi-Vektor: Penyerang sering kali menggunakan serangan multi-vektor, yaitu menggabungkan beberapa jenis serangan DDoS secara bersamaan. Hal ini membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dan diatasi, karena tim keamanan harus mengidentifikasi dan merespon berbagai jenis ancaman secara bersamaan.
- Biaya Mitigasi yang Tinggi: Meskipun ada solusi mitigasi DDoS yang efektif, biaya untuk menerapkan dan memelihara solusi tersebut sangat tinggi. Selain itu, serangan yang sangat besar dan terkoordinasi dengan baik dapat melebihi kapasitas mitigasi yang tersedia, bahkan di perusahaan besar.
- Kerentanan Infrastruktur: Meskipun perusahaan besar memiliki infrastruktur yang lebih baik, mereka juga memiliki lebih banyak titik rentan yang bisa dieksploitasi oleh penyerang. Misalnya, jaringan yang luas dan kompleks sering kali memiliki kelemahan yang tidak terdeteksi, yang bisa dimanfaatkan untuk melancarkan serangan DDoS.
Baca Juga :
Transformasi Digital di Ibu Kota Nusantara: Dari Komando Pusat Hingga Inovasi Teknologi Cerdas
Contoh Kasus Serangan DDoS Besar
Beberapa contoh serangan DDoS besar yang melumpuhkan perusahaan besar di dunia antara lain:
- Dyn (2016): Pada tahun 2016, serangan DDoS besar-besaran melumpuhkan Dyn, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan DNS untuk banyak situs web populer seperti Twitter, Netflix, dan Reddit. Serangan ini menggunakan botnet Mirai, yang terdiri dari ratusan ribu perangkat IoT yang terinfeksi. Serangan ini mengakibatkan banyak situs web besar tidak dapat diakses selama beberapa jam.
- GitHub (2018): Pada Februari 2018, platform hosting kode GitHub mengalami serangan DDoS terbesar dalam sejarah pada saat itu, dengan puncak lalu lintas mencapai 1,35 Tbps. Serangan ini berlangsung selama 10 menit, tetapi dampaknya sangat besar, mengingat GitHub adalah platform yang digunakan oleh jutaan pengembang di seluruh dunia.
- Amazon Web Services (AWS) (2020): Pada Juni 2020, AWS melaporkan telah menghadapi serangan DDoS terbesar yang pernah tercatat, dengan puncak lalu lintas mencapai 2,3 Tbps. Meskipun AWS berhasil memitigasi serangan ini tanpa gangguan layanan, skala serangan ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman DDoS, bahkan terhadap infrastruktur cloud terbesar di dunia.
Bagaimana Perusahaan Bisa Melindungi Diri?
Meskipun tidak ada solusi tunggal yang dapat sepenuhnya mencegah serangan DDoS, ada beberapa langkah yang bisa diambil perusahaan untuk mengurangi risiko dan dampak dari serangan ini:
Halaman Selanjutnya
Menggunakan Layanan Mitigasi DDoS: Banyak penyedia layanan cloud dan hosting menawarkan layanan mitigasi DDoS yang dapat membantu menyaring lalu lintas berbahaya sebelum mencapai server target.Meningkatkan Kapasitas Jaringan: Dengan meningkatkan kapasitas jaringan dan server, perusahaan dapat lebih mampu menangani lonjakan lalu lintas yang disebabkan oleh serangan DDoS.Memantau Lalu Lintas Secara Real-Time: Sistem pemantauan lalu lintas yang canggih dapat mendeteksi dan merespon serangan DDoS secara real-time, sehingga serangan dapat diminimalisir sebelum menyebabkan kerusakan serius.Pendidikan dan Pelatihan: Tim keamanan dan staf IT harus dilatih secara rutin untuk mengenali tanda-tanda serangan DDoS dan bagaimana meresponsnya dengan cepat dan efektif.