Mengapa Plato Mengklaim Bahwa Realitas Fisik Hanya Bayangan? Berikut Penjelasannya
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam sejarah filsafat, nama Plato selalu berada di garis depan sebagai salah satu pemikir terbesar yang pernah ada. Salah satu teori paling terkenal yang ia cetuskan adalah Teori Bentuk (Theory of Forms), atau yang dalam beberapa literatur juga disebut sebagai Teori Ide. Plato mengajukan sebuah pandangan yang radikal mengenai realitas: dunia fisik yang kita lihat dan rasakan sehari-hari hanyalah bayangan dari dunia yang lebih sempurna dan lebih nyata, yaitu dunia ide. Pernyataan ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: Mengapa Plato mengklaim bahwa realitas fisik hanyalah bayangan? Bagaimana pemikiran ini memengaruhi cara kita memahami alam semesta?
Apa Itu Teori Bentuk Plato?
Teori Bentuk Plato adalah gagasan bahwa segala sesuatu yang kita lihat di dunia ini adalah refleksi tidak sempurna dari bentuk atau ide yang sempurna di dunia lain yang tak terlihat. Menurut Plato, dunia fisik adalah dunia yang berubah-ubah dan tidak dapat diandalkan, sementara dunia ide adalah dunia yang kekal, tidak berubah, dan sempurna.
Sebagai contoh, ketika kita melihat sebuah pohon, apa yang kita lihat hanyalah representasi sementara dari bentuk pohon yang ideal. Pohon tersebut bisa layu, tumbuh, atau mati, tetapi konsep tentang "pohon" dalam dunia ide tetap utuh dan sempurna, tanpa perubahan.
Menurut Plato, bentuk-bentuk ini mencakup hal-hal abstrak seperti keadilan, kebaikan, dan kecantikan, serta hal-hal konkret seperti hewan, benda, dan konsep matematis. Dunia fisik hanyalah cerminan dari bentuk-bentuk ini, dan karena itu, segala sesuatu yang ada di dunia fisik hanyalah "bayangan" dari realitas sejati.
Alegori Gua: Gambaran Dunia Fisik sebagai Bayangan
Untuk membantu kita memahami bagaimana dunia fisik hanyalah bayangan, Plato menciptakan sebuah ilustrasi terkenal yang disebut "Alegori Gua". Dalam Alegori Gua, Plato menggambarkan sekelompok orang yang terjebak di dalam sebuah gua gelap sepanjang hidup mereka. Mereka hanya bisa melihat bayangan objek yang dipantulkan di dinding gua, sementara sumber cahaya—dan objek nyata di balik bayangan itu—tidak pernah terlihat oleh mereka.