Plato - "Cinta Sejati adalah Cinta Terhadap Jiwa, Bukan Tubuh"

Socrates, Plato dan Aristoteles
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Dalam sejarah filsafat, Plato, murid dari Socrates, dikenal sebagai salah satu pemikir terbesar yang membahas tentang cinta. Dalam karyanya yang terkenal, "Symposium," Plato menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar ketertarikan fisik. Menurutnya, cinta sejati adalah cinta terhadap jiwa, bukan tubuh. Pandangan ini mengajak kita untuk merenungkan makna mendalam dari cinta dan bagaimana kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan mengulas pemikiran Plato tentang cinta sejati dan relevansinya dalam konteks modern.

Rahasia Bahagia Stoikisme: Inspirasi Ryan Holiday dan Tokoh Modern Lainnya yang Mengubah Hidup

Konsep Cinta Menurut Plato

Plato memperkenalkan konsep cinta dalam beberapa tahapan, yang sering disebut sebagai "Tangga Cinta" atau "Tangga Eros." Dalam konsep ini, cinta dimulai dari ketertarikan fisik dan berkembang menjadi penghargaan terhadap keindahan jiwa dan kebijaksanaan.

Etnaprana & Stoicisme: Rahasia Kebahagiaan dalam Wisata JOMO – Saatnya Anda Mencoba!

1.    Cinta Fisik:

o    Tahap awal cinta adalah ketertarikan terhadap keindahan fisik. Ini adalah bentuk cinta yang paling dasar dan sering kali dangkal. Namun, Plato melihatnya sebagai langkah pertama dalam perjalanan cinta yang lebih mendalam.

Bagaimana Stoikisme Membentuk Ulang Mindset Modern: Belajar dari The Obstacle Is the Way

2.    Cinta terhadap Jiwa:

o    Selanjutnya, seseorang mulai menghargai keindahan jiwa dan karakter orang lain. Cinta pada tahap ini lebih mendalam dan berfokus pada kualitas batin yang mulia. Ini adalah bentuk cinta sejati yang menurut Plato seharusnya menjadi tujuan utama dari setiap hubungan.

3.    Cinta terhadap Pengetahuan dan Kebijaksanaan:

o    Pada tahap tertinggi, cinta menjadi dorongan untuk mencari pengetahuan dan kebijaksanaan. Ini adalah bentuk cinta yang paling murni dan membawa seseorang lebih dekat ke kebenaran dan keindahan yang abadi.

Cinta Terhadap Jiwa

Menurut Plato, cinta terhadap jiwa adalah cinta yang paling sejati dan murni. Berikut beberapa alasan mengapa cinta terhadap jiwa lebih penting daripada cinta terhadap tubuh:

1.    Keabadian Jiwa:

o    Jiwa dianggap abadi dan tidak berubah, sementara tubuh bersifat sementara dan mudah berubah. Oleh karena itu, mencintai jiwa berarti mencintai sesuatu yang lebih stabil dan berkelanjutan.

2.    Pengembangan Karakter:

o    Cinta terhadap jiwa mendorong kita untuk menghargai dan mengembangkan kualitas batin yang baik seperti kebijaksanaan, keadilan, dan kebajikan. Ini berkontribusi pada pengembangan karakter yang lebih baik.

3.    Hubungan yang Lebih Dalam:

o    Hubungan yang didasarkan pada cinta terhadap jiwa cenderung lebih dalam dan bermakna. Hubungan ini tidak terpengaruh oleh perubahan fisik dan lebih berfokus pada saling pengertian dan dukungan emosional.

4.    Mencapai Kebahagiaan Sejati:

o    Plato percaya bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai melalui pengembangan jiwa. Cinta terhadap jiwa membawa kita lebih dekat pada kebahagiaan yang lebih dalam dan abadi.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Pandangan Plato tentang cinta sejati tetap relevan hingga saat ini. Berikut beberapa cara bagaimana kita bisa menerapkan konsep cinta terhadap jiwa dalam kehidupan modern:

1.    Menghargai Kualitas Batin:

o    Fokuslah pada kualitas batin dan karakter seseorang daripada penampilan fisik. Carilah pasangan yang memiliki nilai-nilai dan prinsip yang sejalan dengan Anda.

2.    Mengembangkan Diri:

o    Teruslah mengembangkan kualitas batin Anda sendiri. Belajarlah dan kembangkan kebijaksanaan, keadilan, dan kebajikan dalam diri Anda.

3.    Membangun Hubungan yang Bermakna:

o    Ciptakan hubungan yang didasarkan pada saling pengertian dan dukungan emosional. Berusahalah untuk memahami jiwa pasangan Anda dan dukunglah mereka dalam pengembangan diri mereka.

4.    Mencari Kebahagiaan Sejati:

o    Carilah kebahagiaan yang lebih dalam dan abadi melalui pengembangan jiwa. Jangan terpaku pada kebahagiaan sementara yang bersifat fisik.

Menurut Plato, cinta sejati adalah cinta terhadap jiwa, bukan tubuh. Pandangan ini mengajak kita untuk melihat cinta dari perspektif yang lebih dalam dan bermakna. Dengan mencintai jiwa, kita dapat membangun hubungan yang lebih stabil, mendalam, dan penuh makna. Cinta terhadap jiwa mendorong kita untuk mengembangkan kualitas batin yang baik dan mencapai kebahagiaan sejati yang abadi.

Dengan menerapkan konsep cinta Plato dalam kehidupan kita, kita dapat mencapai hubungan yang lebih memuaskan dan kehidupan yang lebih bermakna. Cinta, dalam esensinya, adalah kekuatan transformasional yang dapat membawa kita menuju keindahan dan kebijaksanaan yang abadi.