Persimpangan dan Titik Temu Konsepsi Cinta Plato dan Kaum Sofis

Perdebatan Plato dan Kaum Sofis (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/istimewa

Malang, WISATA - Plato dan kaum Sofis adalah dua aliran pemikiran yang memiliki pengaruh besar dalam filsafat Yunani kuno. Meskipun sering kali berbeda pandangan, kedua filsafat ini menawarkan perspektif yang kaya tentang cinta. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi persimpangan dan titik temu antara konsepsi cinta menurut Plato dan kaum Sofis, serta bagaimana kita dapat menerapkan pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari.

Tengah Populer, Ternyata Begini Konsepsi Kebahagiaan dalam Pandangan Filsafat Stoicisme

Pengertian Cinta Menurut Plato

Plato, seorang murid Socrates, memiliki pandangan yang mendalam tentang cinta. Dalam karyanya yang terkenal, "Symposium," Plato menggambarkan cinta sebagai dorongan untuk mencapai keindahan yang lebih tinggi dan kebaikan yang abadi. Plato memperkenalkan konsep "Tangga Cinta," di mana cinta dimulai dari ketertarikan fisik terhadap tubuh yang indah, kemudian beralih ke penghargaan terhadap jiwa yang indah, dan akhirnya mencapai bentuk cinta yang paling murni: cinta terhadap kebijaksanaan dan kebenaran.

Cinta adalah Sumber Kebahagiaan yang Sejati - Plato Murid Socrates

Menurut Plato, cinta bukan sekadar perasaan atau gairah fisik, melainkan kekuatan yang mendorong manusia untuk mencari dan mencapai keindahan dan kebaikan yang lebih tinggi. Cinta adalah perjalanan intelektual dan spiritual yang membawa seseorang lebih dekat kepada kebijaksanaan dan kebenaran.

Pengertian Cinta Menurut Kaum Sofis

"Cinta adalah Dorongan Menuju Kebenaran" - Plato

Kaum Sofis adalah sekelompok filsuf dan guru yang terkenal pada abad ke-5 SM di Yunani. Mereka dikenal karena pandangan yang lebih pragmatis dan retoris tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk cinta. Bagi kaum Sofis, cinta sering kali dipandang melalui lensa praktis dan kontekstual. Mereka menekankan relativitas dan subjektivitas dalam pengalaman manusia, termasuk cinta.

Kaum Sofis cenderung melihat cinta sebagai bagian dari kehidupan sosial dan emosional yang dipengaruhi oleh konteks budaya dan situasi individu. Mereka mungkin lebih berfokus pada aspek retorika dan persuasi dalam cinta, bagaimana cinta bisa diekspresikan dan dipahami dalam interaksi sosial.

Halaman Selanjutnya
img_title