“Pria Kaya Pasti Sedang Mencari Istri”: Sindiran Klasik Jane Austen yang Tak Lekang oleh Zaman
- Cuplikan layar
Gaya Bahasa yang Halus Namun Menggigit
Keistimewaan Jane Austen terletak pada kemampuannya menyampaikan kritik sosial dengan cara yang elegan dan menghibur. Kutipan pembuka novel ini tidak langsung menyatakan bahwa Austen setuju dengan pernyataan tersebut. Sebaliknya, ia menyajikan sebuah “kebenaran yang diakui secara universal” untuk kemudian mempertanyakan validitas dan keadilannya melalui alur cerita yang menyusul.
Karakter-karakter seperti Mrs. Bennet, yang terobsesi menjodohkan kelima putrinya dengan pria-pria mapan, menjadi representasi dari norma sosial yang dikritik Austen. Sementara itu, karakter Elizabeth Bennet dan Mr. Darcy justru menawarkan narasi yang lebih progresif—menunjukkan bahwa cinta sejati hanya bisa tumbuh jika ada rasa hormat dan kejujuran, bukan hanya status atau kekayaan.
Relevansi yang Tetap Hidup hingga Kini
Meski ditulis lebih dari dua abad yang lalu, kutipan ini masih terasa relevan di era modern. Banyak budaya di dunia, termasuk di Indonesia, yang masih menilai pernikahan sebagai pencapaian utama perempuan, dan sering kali memandang pria kaya sebagai “solusi hidup”.
Hal ini menunjukkan bahwa sindiran Austen belum sepenuhnya kehilangan konteks. Kritik terhadap konstruksi sosial, tekanan gender, dan ketimpangan dalam ekspektasi pernikahan masih menjadi isu global. Di media sosial masa kini, masih sering dijumpai narasi yang mengarah pada relasi transaksional antara cinta dan uang, menunjukkan bahwa warisan kritik sosial Austen tetap penting untuk dibaca dan dipahami.
Austen: Di Antara Feminisme dan Tradisi