Karya Sastra dari Plato – Yunani (427–347 SM): Sastra sebagai Jalan Menuju Kebenaran
- Cuplikan layar
Lewat tokoh Sokrates, Plato mengungkapkan bahwa dunia nyata hanyalah bayangan dari dunia ide yang sempurna. Ia menggambarkan alegori gua, di mana manusia hidup dalam bayang-bayang ilusi dan hanya filsafat yang dapat membebaskan mereka menuju kebenaran. Alegori ini bukan hanya metafora filosofis, tetapi juga contoh keindahan naratif yang menggugah imajinasi pembaca.
Phaedrus dan Keindahan Jiwa
Dalam Phaedrus, Plato mengulas tema cinta, jiwa, dan retorika. Ia berbicara tentang jiwa manusia sebagai kereta yang ditarik oleh dua kuda—satu mewakili hasrat, satu lagi mewakili akal. Melalui perumpamaan ini, Plato menyampaikan bahwa cinta sejati adalah bentuk dari keinginan jiwa untuk kembali ke dunia ide.
Gaya bahasa dalam Phaedrus sangat puitis, bahkan sering dianggap sebagai puisi dalam bentuk prosa. Banyak sarjana sastra menganggap karya ini sebagai salah satu teks paling indah dalam tradisi filsafat klasik.
Symposium: Cinta, Kecantikan, dan Keabadian
Symposium adalah karya lain yang mengeksplorasi cinta dari berbagai perspektif, lewat serangkaian pidato dari tokoh-tokoh yang menghadiri jamuan makan malam. Di antara pidato itu, pidato Sokrates—yang mengutip ajaran Diotima—menjadi sorotan. Ia menyatakan bahwa cinta sejati bukan pada tubuh atau bentuk fisik, melainkan pada jiwa dan kebenaran abadi.
Melalui Symposium, Plato tidak hanya mengajak pembaca untuk memahami cinta secara filosofis, tetapi juga mengajak mereka menyelami estetika dan keabadian. Karya ini telah memengaruhi banyak penyair, novelis, dan pemikir sepanjang sejarah.