Mengupas Buku Kimiya al-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan) Karya Al-Ghazali

Kimiya al-Sa’adah
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Ia juga mengkritik keras mereka yang hanya mementingkan aspek luar agama tanpa memahami maknanya yang terdalam. Dalam pandangannya, ritual keagamaan harus disertai dengan kesadaran spiritual, bukan sekadar rutinitas.

Naval Ravikant: Tokoh Stoik Kontemporer yang Mengajarkan Cara Menjadi Kaya dan Bahagia

Empat Dimensi Manusia

Salah satu pendekatan menarik dari Kimiya al-Sa’adah adalah klasifikasi manusia dalam empat aspek: kebinatangan, kebuasan, setan, dan ketuhanan.

Massimo Pigliucci: “Kebahagiaan Sejati Datang dari Menjalani Hidup yang Selaras dengan Nilai-Nilai”

Aspek kebinatangan mencerminkan hasrat dan nafsu rendah seperti makan dan seks. Kebuasan melambangkan kemarahan dan kekuasaan. Aspek setan adalah kelicikan dan tipu daya. Sedangkan aspek ketuhanan adalah akal dan ruh ilahiah yang mampu membimbing manusia menuju kebenaran.

Menurut Al-Ghazali, kebahagiaan hanya dapat dicapai ketika aspek ketuhanan menjadi pengendali dan mengarahkan tiga aspek lainnya. Maka, tugas manusia adalah menyucikan diri dan memperkuat akal agar dapat menguasai nafsu dan dorongan negatif lainnya.

Albert Einstein: Rahasia Hidup Bahagia Ada pada Tujuan, Bukan Orang atau Benda

Jalan Tasawuf dan Tazkiyah al-Nafs

Al-Ghazali adalah tokoh yang berhasil merekonsiliasi antara syariat dan tasawuf. Dalam Kimiya al-Sa’adah, ia menjelaskan proses tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) sebagai jalan utama menuju kebahagiaan. Proses ini melibatkan mujahadah (perjuangan batin), muraqabah (kesadaran akan pengawasan Allah), dan taubat yang sungguh-sungguh.

Halaman Selanjutnya
img_title