Dinamika Ekonomi Digital di Era Informasi: Perspektif Manuel Castells

The Rise of the Network Society
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Jakarta, WISATA - Di tengah gempuran teknologi yang terus berkembang, dunia mengalami transformasi besar dalam cara manusia menjalani hidup, bekerja, dan berbisnis. Ekonomi digital menjadi salah satu pilar utama perubahan ini, menciptakan peluang sekaligus tantangan baru. Manuel Castells, melalui konsep yang ia paparkan dalam bukunya, The Rise of the Network Society, memberikan perspektif mendalam tentang bagaimana era informasi membentuk ulang struktur ekonomi dan sosial kita.

The Rise of the Network Society: Awal Era Baru Masyarakat Jaringan

Ekonomi Digital: Fondasi Baru di Era Informasi

Menurut Castells, ekonomi digital tidak hanya mengacu pada penggunaan teknologi dalam bisnis, tetapi juga menggambarkan bagaimana informasi menjadi komoditas utama yang menggerakkan dunia. Dalam konsepnya tentang masyarakat jaringan (network society), Castells menekankan bahwa ekonomi modern bergantung pada jaringan informasi yang terhubung secara global.

U Mobile dan Transformasi Infrastruktur 5G di Malaysia: Pelajaran Penting bagi Indonesia?

Salah satu karakteristik utama ekonomi digital adalah fleksibilitas. Perusahaan tidak lagi terikat pada batasan geografis. Melalui internet, bisnis dapat dijalankan dari mana saja, melibatkan pekerja dan pelanggan di berbagai belahan dunia. Contohnya adalah perusahaan seperti Amazon dan Alibaba, yang memanfaatkan data untuk menciptakan ekosistem bisnis lintas negara yang efisien dan inovatif.

Transformasi Bisnis dan Industri

Manuel Castells: Pandangan dan Karya tentang Masyarakat Informasi di Era Digital

Ekonomi digital membawa pergeseran besar dalam struktur bisnis tradisional. Dalam model lama, perusahaan fokus pada produksi massal dan distribusi fisik. Kini, model bisnis berbasis platform seperti Gojek, Grab, dan Tokopedia menjadi dominan. Mereka tidak hanya menyediakan layanan, tetapi juga menciptakan ekosistem yang mempertemukan berbagai pihak, mulai dari konsumen, mitra bisnis, hingga penyedia layanan.

Dikutip dari laporan We Are Social 2024, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 212 juta orang, atau sekitar 77% dari total populasi. Angka ini menunjukkan potensi besar ekonomi digital di negara kita. Indonesia juga menjadi salah satu pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai transaksi mencapai USD 77 miliar pada tahun 2022 (Statista, 2023).

Transformasi ini tidak hanya terlihat di sektor e-commerce. Industri lain seperti perbankan, pendidikan, dan kesehatan juga mulai mengadopsi teknologi digital. Misalnya, bank digital seperti Jenius dan Bank Neo Commerce menawarkan layanan tanpa cabang fisik, sementara platform pembelajaran online seperti Ruangguru mempermudah akses pendidikan di daerah terpencil.

Tantangan Kesenjangan Digital

Meski membawa banyak manfaat, Castells mengingatkan bahwa era informasi juga menciptakan tantangan baru, salah satunya adalah kesenjangan digital. Tidak semua individu atau komunitas memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan informasi. Menurut data International Telecommunication Union (ITU), sekitar 2,7 miliar orang di dunia masih belum terhubung ke internet pada tahun 2023.

Di Indonesia, kesenjangan digital masih menjadi isu penting. Meskipun tingkat penetrasi internet tinggi di kota-kota besar, daerah terpencil masih menghadapi kendala infrastruktur. Pemerintah melalui program Indonesia Digital 2024 berupaya mengatasi hal ini dengan membangun jaringan internet di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Era Informasi dan Pekerjaan

Perubahan dalam struktur ekonomi juga berdampak pada dunia kerja. Teknologi digital menciptakan peluang baru seperti pekerjaan berbasis freelance dan gig economy. Namun, ini juga membawa tantangan berupa ketidakpastian pekerjaan dan perlindungan tenaga kerja.

Castells mencatat bahwa pekerjaan di era informasi cenderung lebih fleksibel, tetapi kurang stabil dibandingkan pekerjaan tradisional. Tren ini terlihat di platform seperti Upwork dan Fiverr, di mana pekerja menawarkan jasa mereka kepada klien di seluruh dunia. Sementara itu, pekerja di sektor konvensional menghadapi tantangan berupa otomatisasi dan robotisasi, yang mengancam lapangan kerja di bidang manufaktur dan jasa.

Kolaborasi sebagai Kunci Utama

Manuel Castells menekankan pentingnya kolaborasi untuk menghadapi tantangan di era informasi. Pemerintah, sektor swasta, dan akademisi harus bekerja sama untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif.

Sebagai contoh, inisiatif seperti Google for Startups membantu wirausaha digital mengembangkan bisnis mereka. Di Indonesia, pemerintah meluncurkan program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital untuk mendorong lahirnya inovasi lokal yang dapat bersaing di pasar global.

Masa Depan Ekonomi Digital

Ekonomi digital di era informasi, sebagaimana yang digambarkan oleh Castells, menawarkan peluang besar untuk pertumbuhan dan inovasi. Namun, kita juga harus menyadari tantangan yang menyertainya, seperti kesenjangan digital dan dampaknya terhadap pekerjaan tradisional.

Dalam menghadapi masa depan, penting bagi kita untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak dan memastikan bahwa manfaatnya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan kerja sama dan kebijakan yang tepat, ekonomi digital dapat menjadi fondasi bagi dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan.