IAN ANTONO, Met Ultah Ian Antono, 29 Oktober, God Bless...
- Akun FB: All Access Global ROCK Stream
Jakarta, WISATA – Ian Antono dilahirkan dengan nama Jauw Hian Ling, dan dikenal dengan nama Indonesia, Jusuf Antono Djojo, pada 29 Oktober 1950 di Malang, Jawa Timur.
Pria yang terlahir sebagai anak ke-4 dari pasangan Dharmo P. Djoyo dan Siti Mariani ini, sejak kecil sudah menggeluti musik.
Darah seninya mengalir dari sang ayah, seorang guru bahasa Inggris yang juga pemain biola.
“Kami punya band keluarga,” kata Ian, panggilan masa kecil di lingkungan keluarga.
Pertama kali main band kelas 5 SD, pegang ketipung. Mainnya di acara pengantin, perpisahan sekolah atau acara reuni sekolah.
Setelah itu, ia mengakrabi drum dan secara sembunyi-sembunyi belajar gitar, belajar lagu-lagu klasik.
Meski dianggap masih kecil, saat itu ia sudah mampu memainkan gitar lagu jazz standar.
“Honor main band buat jajan,” akunya sambil tertawa.
Tamat SMA Santo Albertus Malang, tahun 1969, Ian lebih memilih musik, ketimbang harus melanjutkan sekolah.
Gara-gara pilihannya itu, ia menerima ultimatum dari orang tuanya, sekolah atau main musik. Kalau tetap mau memilih main band, keluar dari rumah.
“Aku tetap pilih main band. Ya terpaksa harus keluar dari rumah. Jadi setengah diusir,” kenang Ian.
Di antara saudaranya, hanya dia yang terus menggeluti musik.
“Kakakku sekolah semua. Nggak ada yang berani, Bapakku termasuk kejam dalam mendidik anak. Orang tuaku berharap anaknya kerja di kantoran, bukan jadi pemain band,” ujar Ian yang pernah memanjangkan rambutnya hingga punggung.
Selepas SMA, ia bergabung dengan Abadi Soesman dalam Sapta Nada, sebagai drummer, dan berkelana ke Surabaya, main di klub malam.
Bersama Abadi Soesman, Ian berkelana ke Jakarta, main di hotel Marco Polo. Saat main di DF (Djakarta Fair), Ian mengiringi musik apa saja, meski lagu dangdut sekalipun.
Ia juga mengiringi penyanyi kecil sampai tua. Dari Trio The Kids masih pakai celana pendek, sampai Benyamin, Tetty Kadi, Trio The Kings.
“Jadi lagu jenis apapun, aku kenal dan pernah memainkan.
”Di situ aku mainnya pindah-pindah antara gitar dan drum,” kenangnya.
Dalam kiprahnya di dunia musik, karir Ian Antono mulai bersinar ketika gabung di band Bentoel – Malang (1972 – 1974).
Dari grup band bentuk perusahaan rokok Bentoel ini, ikut mengantarkan nama-nama besar di panggung musik rock Indonesia.
Sebut saja diantaranya, Mickey Jaguar (vokalis) dan Teddy Sujaya (yang kemudian jadi pemain drum God Bless).
Setelah itu. Ian balik lagi ke Malang. Tahun 1972, ikut band Bentoel sama Micky Jaguar. Di situ ketemu Teddy Sujaya, dan mengajak gabung di Bentoel.
“Sebelum Teddy masuk, aku pegang drum. Begitu Teddy masuk aku, pegang gitar,” katanya.
Dari Bentoel, kemudian ia ditarik Achmad Albar untuk memperkuat God Bless (1975).
Dari sinilah, nama Ian Antono makin berkibar, dan menempatkan posisinya sebagai salah satu gitaris rock terbaik Indonesia.
Kehadiran sosok Ian Antono di grup legendaris ini, bukan saja sekadar sebagai pemain.
Ia benyak memberi warna musik God Bless lewat raungan dan lengkingan gitarnya.
“Sebetulnya aku dulu berangkat ke Jakarta nggak punya angan-angan jadi apa-apa. Cuma pingin main band aja. Semua itu proses yang aku dapat secara mengalir begitu saja, secara tidak sengaja. Jadi aranjer juga nggak sengaja, jadi ilustrator musik film juga nggak sengaja,” paparnya.
Ian juga pernah merambah di film, dipercaya untuk garap musiknya.
Antara lain di film Duo Kribo, Si Doel Anak Modern, Semalam di Malaysia, dan Perwira dan Ksatria.
Menurutnya, bikin album jauh lebih berat dibanding ilustrasi musik film.
Termasuk menggarap album dangdut Zakia-nya Achmad Albar, Ian dituding sudah mulai melenceng.
“Waktu itu, aku dapat tawaran dari Iye (Achmad Albar), kenapa nggak aku coba. Dan situ, aku nggak merasa membelot dari rock. Karena di album itu ada rocknya juga. Karena nggak mungkin aku main murni dangdut. Jelas aku nggak bisa kalau murni dangdut,” papar Ian.
Tahun 1989, ia keluar dari God Bless. Dua tahun kemudian, ia membentuk kelompok musik Gong 2000, dengan formasi Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bas), Harry Hanggoman (kibor), Yaya Moektio (dram), dan Achmad Albar (vokalis).
Banyak yang menyebutkan bahwa Gong 2000 ini sebagai reinkanasi God Bless, yang saat itu memang lagi vakum.
Usia grup ini cuma 10 tahun (1990 – 2000), dan melahirkan tiga album, masing-masing Bara Timur (1991), Laskar (1993), dan Prahara (1998).
Dan satu album Gong 2000 – Live In Jakarta (1992). Tepatnya 31 Desember 2000, grup ini mengelar konser terakhirnya di Taman Impian Jaya Ancol – Jakarta.
Meski grup ini tinggal kenangan, tapi setidaknya nama besar Gong 2000 kini sudah jadi legenda yang ikut mewarnai perjalanan musik rock di Indonesia.
Tak lama setelah Gong 2000 bubar, Ian gabung lagi di God Bless hingga kini.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai aranjer bertangan dingin dalam mengaransir lagu buat penyanyi lain.
Bahkan hingga kini, Ian masih menempati posisi sebagai aranjer musik rock termahal.
Sebagai aranjer, Ian telah banyak menyumbangkan karya-karya terbaiknya yang dinyanyikan sejumlah penyanyi kondang. Dari tangan Ian, lahir nama-nama seperti Sylvia Saartje, Nicky Astria, Ikang Fawzi, dan banyak lagi.
Termasuk diantaranya Iwan Fals lewat karya album monumentalnya yakni Mata Dewa.
Lebih dari separuh hidup Ian, dihabiskan di musik. Dan musik adalah jalan hidupnya.
Sebagai musisi, ia sangat konsisten dengan jalur musik pilihannya yaitu rock.
Siapapun penyanyi yang digarapnya, tidak lepas dari sentuhan rock. Termasuk ketika ia menggarap album Grace Simon, Hetty Koes Endang, Happy Pretty, Berlian Hutahuruk, Franky Sahilatua, dan lagunya Ebiet G. Ade, semuanya ia giring ke musik rock.
Dari situ, kemudian banyak yang mengkaitkan bahwa Ian Antono termasuk salah satu musisi rock yang berhasil mengkibarkan lagu-lagu rock masuk wilayah industri rekaman bersaing dengan pop.
Kalau di era ’70-an, rock hanya mampu berkibar di panggung pertunjukan sebagai barometernya, dan belum meledak di rekaman kaset.
Justru lewat garapannya di album Jarum Neraka (Nicky Astria), musik rock langsung meledak sampai 300 ribu buah kaset.
(Sumber: Akun FB: All Access Global ROCK Stream)