Rebutan Mayat Korban Kerusuhan di Mal Klender Tahun 1998, Sebuah Kilas Balik (1)
- (Twitter @creepylogy_)
Sebelum tragedi mengamuk Klender, kerusuhan telah menimpa daerah lain. Pembicaraan tentang penjarahan tiba-tiba menjadi tren, menyertai kondisi ekonomi yang tidak jelas. Di mana saja orang-orang percaya bahwa menjarah dapat dimaklumi.
Maka, ketika mereka demikian percaya, mal terbesar di Jakarta Timur adalah target yang sempurna untuk membuktikan hal itu. Jadi, memang sebenarnya tempat itu sudah diincar dalam berhari-hari.
Pada 15 Mei 1998, Central Plaza tidak beroperasi, begitu pula kios-kios perniagaan yang ada di sana. Puluhan preman atau lebih berjaga-jaga di lokasi.
Kondisi rawan dan mencekam juga terjadi di hampir seantero Jakarta, kecuali daerah yang dekat dengan markas kesatuan ABRI seperti Condet, Cijantung, atau Halim. Jalanan sepi, semua aktivitas diliburkan.
Menjelang siang ternyata massa ramai-ramai mendatangi Central Plaza. Tidak jelas lagi siapa yang menyulut, kemudian terjadi kekisruhan. Orang-orang memaksa masuk untuk menjarah.
Namun tidak sedikit juga anak dan remaja serta wanita yang terseret tanpa memahami situasi yang tengah berlangsung. Ujung-ujungnya para preman kalah jumlah. Ribuan orang menyerbu masuk seperti penonton konser.
Pembakaran mal tidak langsung terjadi. Pada awalnya ada juga penjarah yang berhasil menggasak barang lalu keluar dengan selamat. Tak ayal, semakin banyak saja manusia yang terhisap ke dalam.