Rebutan Mayat Korban Kerusuhan di Mal Klender Tahun 1998, Sebuah Kilas Balik (1)
- (Twitter @creepylogy_)
Ke utara ada Rawamangun, yang dari era 1970-an sudah jadi kawasan menengah ke atas. Lagi pula tidak mungkin dibangun mal kalau market audience tidak ideal.
Kalau pun ada kantong rawan, itu berada di sebelah barat, meliputi Cipinang sampai Jatinegara, serta bagian timur laut yakni kawasan Pulogadung.
Waktu itu, Central Plaza dapat dikatakan sebagai mal kebanggaan warga Jakarta Timur, selain Mal Arion Rawamangun, dan ini adalah mal terbesar.
Central Plaza adalah mal dengan karakter retail dan department store. Mereka menyediakan berbagai produk dan kebutuhan, mulai pakaian hingga furnitur.
Di lantai paling atas, juga terdapat bioskop dan game arena (kalau tidak salah ada diskotek juga). Anak-anak di era itu pasti akrab dengan dingdong. Di pasar, terminal, atau di mana saja gampang bertemu dingdong.
Akan tetapi kalau sudah main dingdong di mal, apalagi game balap dan tembak-tembakan, derajatnya terasa langsung meroket.
Akan tetapi, kondisi lingkungan permukiman dan jalanan adalah dua hal yang amat bertentangan. Menelusur ke barat, di sepanjang jalan I Gusti Ngurah Rai hingga jalan Bekasi Timur Raya berjejer ratusan gelandangan.