Hilirisasi Sumber Daya Alam di Tiga Sektor, Pengolahan Nonmigas jadi Andalan di Tahun 2024

Hilirisasi Batubara
Sumber :
  • IG/ipbconsulting.id

WISATA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengidentifikasi berbagai kendala dan tantangan akibat dampak geoekonomi dan geopolitik yang kemungkinan besar akan tetap berlangsung pada 2024. Pertama, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan negara-negara Eropa, sehingga permintaan global akan turut melemah dan permintaan terhadap produk ikut menurun. Kedua, akan terjadinya depresiasi nilai tukar akibat kebijakan moneter di negara maju untuk menekan inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga. Ketiga, apabila konflik Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel berkepanjangan, akan dapat menggangu stabilitas kawasan sehingga memicu kenaikan harga komoditas, pangan, dan energi. Keempat, pelaksanaan pemilu di satu sisi memberikan dampak positif bagi industri nasional, namun di sisi lain terdapat kemungkinan investor mengambil posisi wait and see.  

Impor Murah Mengguncang Industri Manufaktur, PMI Indonesia Kembali Terjun Bebas pada Agustus 2024PMI

Kontribusi industri pengolahan nonmigas pada 2023 diproyeksi sebesar 16,91 persen, dan target pada 2024 mencapai 17,90 persen. Sedangkan nilai ekspor industri pengolahan nonmigas diperkirakan pada 2023 berada di angka USD186,40 miliar, dan pada 2024 ditargetkan mencapai USD193,4 miliar. Sementara itu, nilai investasi industri pengolahan nonmigas diperkirakan mencapai Rp571,47 triliun pada 2023, dan target di 2024 akan mencapai Rp630,57 triliun. Sedangkan penyerapan tenaga kerja industri pengolahan nonmigas akan mencapai 20,33 juta orang pada 2024.

Guna mencapai target-target tersebut, Menperin menyatakan, pihaknya siap menggulirkan beberapa program prioritas pada 2024. Misalnya, program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan kepada industri pengolahan kayu, makanan dan minuman, tekstil, serta kepada para pelaku industri kecil menengah. Selain itu, melanjutkan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batubara. Berikutnya, untuk mendukung kebijakan ekonomi hijau serta dekarbonisasi sektor industri, Kemenperin terus berupaya memacu pembangunan industri hijau untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Kemenperin juga akan memperkuat penumbuhan dan pengembangan industri kecil menengah (IKM) rintisan berbasis teknologi.

PMI Manufaktur Indonesia Anjlok Lagi, Industri Kian Terpuruk di Tengah Gempuran Impor Murah

Upaya pemerintah menekan tren de-industrialisasi menuai hasil positif. Tren positif pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sejak tahun 2021 masih terus berlanjut sampai dengan tahun ini. Pada triwulan I-2023, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 4,67 persen, kemudian pada triwulan II-2023 tumbuh sebesar 4,56 persen, dan di triwulan III-2023 naik menjadi 5,02 persen yang melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Indikasi lainnya ditunjukkan oleh ekspor industri pengolahan nonmigas yang terus meningkat, meski di tengah kondisi perekonomian dunia yang sedang tidak stabil. Nilai ekspor industri pada Januari-November 2023 mencapai USD171,23 miliar atau berkontribusi sebesar 72,43 persen dari total ekspor nasional.

Ekspor utama industri pengolahan nonmigas antara lain, produk batubara, lemak dan minyak nabati, mesin dan alat-alat elektronika, produk kimia, dan nikel.

Misteri 26 Ribu Kontainer: Tantangan Kemenperin dan Transparansi Data Bea Cukai

Adapun realisasi investasi di sektor industri pengolahan nonmigas sampai dengan triwulan III-2023 tercatat sebesar Rp413,05 triliun. Angka ini naik 20,41 persen jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada periode yang sama di 2022 sebesar Rp343,05 triliun.

Sumber: indonesia.go.id