INFO HAJI: Menjalankan Tawaf Seperti Maju di Medan Perang
- Maman Abdurahman
WISATA, Makkah -Seorang jemaah haji Indonesia membagikan pengalamannya saat melakukan Tawaf di Makkah, dalam rangkaian prosesi ibadah haji tahun 2023.
Begini, cerita yang dikirimkan dari Makkah kepada redaksi WISATA:
Kukenakan salah satu pasang kain ihram mulai dari hotel di Madinah, setelah sebelumnya aku mandi ihram.
Aku membawa dua pasang kain ihram. Satu aku dapat dari Bank tempat aku menabung haji dan satunya lagi untuk cadangan, aku beli dua tahun silam.
Rencananya aku dan istriku berangkat haji tahun 2020. Semua persiapan telah kami lakukan. Tapi Allah berkehendak lain.
Tahun itu, pandemi Covid-19 menggila. Keberangkatan haji dibatalkan. Begitu pun tahun 2021. Masuk tahun 2022 ada angin segar. Ada peluang haji diberangkatkan. Tapi kami tidak masuk daftar karena nomor urutan kami besar.
Akhirnya tahun 2023 ini, kami berangkat haji. Sebagaimana kebanyakan jemaah haji asal Indonesia, kami pun mengerjakan haji Tamattu, mengerjakan umrah terlebih dahulu, sebelum berhaji.
Dari Madinah, setelah menuntaskan Arbain selama sekitar sembilan hari, kami dengan mengenakan kain ihram menuju Makkah dengan menggunakan bus. Ada sekitar 40 jemaah haji dalam bus ini. Kami akan singgah di Masjid Bir Ali untuk salat sunah ihram dan mengambil niat umrah.
Setelah kami berniat Umrah di Bir Ali, maka semua larangan ihram mulai berlaku, seperti tidak boleh menggunakan wewangian, mengumpat, memotong kuku, membunuh hewan dan larangan ihram lainnya sampai Tahalul nanti setelah mengerjakan Sa'i.
Perjalanan kami dari Madinah ke Makkah ditempuh selama kurang lebih tujuh jam. Enaknya, bus yang kami tumpangi dilengkapi dengan toilet di dalamnya. Bus juga berhenti di tempat makan yang ada fasilitas toiletnya.
Keistimewaan lainnya adalah restoran itu menyediakan makanan khas Indonesia, seperti bakso dan mi instan. Tidak aneh kemudian kalau restoran itu diserbu para jemaah haji.
Di dalam perjalanan, sepanjang mata memandang, yang terlihat adalah gunung-gunung batu yang membisu dan hamparan padang pasir yang berdesir dicumbu angin yang menaksir.
Akhirnya kami sampai di Makkah. Kami ditempatkan di sektor 9 al-Wehda. Kami membereskan koper dan sekedar meluruskan pinggang, sebelum berangkat umrah wajib pukul 20.30 atau jam setengah sembilan malam Waktu Arab Saudi (WAS).
Pemilihan waktu malam untuk umrah ini, untuk menghindani terik dan panasnya Makkah di siang hari. Seperti Rasulullah berhijrah dari Madinah ke Makkah di malam hari untuk menghindari kejaran kafir Quraisy.
Kami, kloter 06, pun berangkat dari hotel menuju Masjidil Haram menggunakan bus. Pak Fadlan, ketua Kloter, memimpin kami. Ibu Ustadzah Yesi Feramasari memimpin urusan ibadahnya.
Kami menyusun formasi. Tiga jemaah haji laki-laki yang mempunyai badan yang besar dan kokoh ditempatkan di barisan terdepan.
"Saya minta yang di depan mampu membuka jalan bagi yang di belakang." kata Ustadzah Yesi memberikan komando kepada para lelaki yang berada di barisan terdepan, seperti Ratu Bilqis memimpin pasukannya.
Jemaah perempuan berada di tengah, diapit jemaah laki-laki. Jemaah yang berpasangan tangannya saling mengait. Sementara jemaah lansia ditempatkan di belakang laki-laki tangguh di paling depan. Kami seperti pasukan Badar yang siap menuju medan perang.
Karom dan para Karu menggandeng jemaah lansia, melindungi mereka dari dorongan jemaah lainnya.
Ketika kami masuk Masjidil Haram dan melihat Baitullah, Ustadzah Yesi memimpin membaca do"a:
اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا البَيْتَ تَشْرِيفاً وَتَعْظِيماً وَتَكْرِيماً وَمَهَابَةً، وَزِدْ مِنْ شَرَّفَهُ وَعَظَمَهُ وَكَََرَّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوِاعْتَمَرَهُ تَشْرِيفاً وَتَعْظِيْماً وَتَكْرِيْماً وَبِرًّا.
"Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, keangungan, kehormatan dan wibawa pada Bait (Ka'bah) ini. Dan tambahklan pula pada orang-orang yang memuliakan, mengagungkan dan menghormatinya di antara mereka yang berhaji atau yang berumrah dengan kemuliaan, keagunggan, kehormatan, dan kebaikan."
"Kita mulai Tawaf dari sudut Hajar Aswad atau garis lampu hijau."
Kata Ustadzah Yesi seperti Ummu Umarah memimpin pasukan dalam perang Uhud untuk melindungi Nabi Muhammad SAW dari pasukan musuh yang coba mendekat.
Kami pun mulai bergerak. Ustadzah Yesi memimpin dengan teriakan doa tawafnya seperti Khawla Binti Al-Azwar memimpin pasukan melawan pasukan Romawi.
Dimulai dari sudut Hajar Aswad dengan tangan melambai dan mengecup tangan ke arah Hajar Aswad sambil mengucap Bismillahi Allahu Akbar, kami bergerak perlahan memgelilingi Ka'bah berlawanan arah jarum jam.
Dari Hajar Aswad ke Rukun Yamani, kami terus berdzikir dipimpin oleh Ustadzah Yesi.
سُبْحَانَ اللَّهِ، والحَمْدُ لِلَّهِ، وَلا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ باللَّهِ العَلِيِّ العَظِيمِ
Kami terus bergerak di tengah kerumunan jemaah tawaf lainnya. Terkadang kami harus beradu kuat dengan desakan dan dorongan rombongan lainnya. Terkadang juga kami harus memberi jalan kepada rombongan yang mau keluar dari area Tawaf.
"Kasih jalan, mereka mau keluar."
Teriak Ustadzah Yesi. Rombongan pun memberikan jalan.
Setelah sampai di rukun Yamani, kami pun melambai kembali dengan mengucap Bismillahi Allahu Akbar. Kemudian dilanjutkan dengan membaca do'a:
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْأخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Kami pun terus bergerak sebanyak tujuh putaran di tengah desakan, dorongan dan serbuan rombongan lain. Tapi kami tetap berusaha kokoh dalam satu barisan.
Akhirnya kami pun selesai. Kami minggir perlahan keluar dari pusaran Tawaf. Kami mencari tempat yang kosong untuk menjalankan shalat sunat Tawaf.
Setelah selesai shalat, kami minggir untuk minum air zamzam. Ustadzah Yesi memeriksa keutuhan jemaah seperti panglima perang memeriksa pasukan yang baru pulang dari medan perang.
Adakah jemaah yang terpisah dari rombongan?
Para jemaah pun memeriksa jemaah lainnya yang belum bergabung, sambil minum air zamzam dan foto-foto.
Selanjutnya kami akan melaksanakan Sa'i. Medan dan tantangan lain yang harus kami tempuh