INFO HAJI 2025: Jelang Puncak Haji, Jemaah Calon Haji Indonesia Diimbau Jaga Stamina, Rabu Menuju Arafah
- pexels
Jakarta, WISATA – Jemaah calon haji dari Indonesia diimbau untuk menjaga stamina menjelang puncak haji.
Mereka juga diminta untuk mempersiapkan seluruh perlengkapan ibadah pada satu malam sebelumnya.
Sekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI, Arfi Hatim menyampaikan beberapa hal penting yang perlu disiapkan jemaah, menjelang puncak Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
"Jaga stamina, istirahat yang cukup, dan konsumsi makanan sehat yang sudah tersedia," ujar Arfi di Makkah, Arab Saudi, pada hari Sabtu ((31/5/2025).
Jemaah calon haji akan mulai diberangkatkan menuju Padang Arafah pada tanggal 8 Zulhijah atau Rabu (4/5/2025).
Selain menjaga stamina dan beristirahat dengan cukup, jemaah juga diminta menyiapkan seluruh perlengkapan ibadah satu malam sebelumnya, seperti pakaian ihram, identitas diri (kartu nusuk), obat-obatan pribadi, masker, pelindung panas, buku doa, Al-Qur'an, peralatan komunikasi, seperti ponsel lengkap dengan pengisi daya portabel.
"Ikuti arahan petugas kloter dan sektor, jangan panik, karena pemberangkatan dilakukan secara bertahap," ungkapnya.
Ia menyarankan, jemaah membawa bekal air minum dan makanan ringan apabila diperlukan.
Petugas haji juga dipastikan selalu mendampingi jemaah agar dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk.
"Kami mengajak seluruh jemaah untuk menyambut puncak haji dengan penuh ketenangan dan keikhlasan. Semoga Allah memudahkan setiap ibadah kita, menerima semua amal, dan menjadikan kita haji yang mabrur," imbuhnya.
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, sebelumnya sudah mengingatkan jemaah Indonesia agar fokus mempersiapkan diri menyambut puncak ibadah haji, yakni wukuf di Arafah.
"Kita selalu wanti-wanti, seluruh jemaah haji kali ini, fokusnya kepada pelaksanaan haji. Jangan sampai kita mengejar sunah, tapi gagal mendapatkan yang wajib," tutur Menag.
Menag menegaskan keberhasilan ibadah haji ditentukan oleh kesiapan jemaah, baik dari sisi pengetahuan maupun kondisi fisik, utamanya pemahaman yang benar terkait dengan syarat dan rukun haji.
Menurut dia, pelayanan jemaah tidak hanya menyangkut logistik, seperti konsumsi, transportasi, dan akomodasi, tetapi juga mencakup pembinaan ibadah yang mendalam.
"Boleh jadi makanan, hotel, dan kendaraan kita siapkan dengan baik, tetapi kalau rukunnya tidak dikerjakan atau syarat hajinya tidak terpenuhi, maka ibadahnya bisa tidak sah. Ini yang harus kita jaga," pungkasnya.
(Sumber: antaranews.com)