Kisah Para Sufi: Imam Junaid dan Jalan Sunyi Para Kekasih Tuhan
- Image Creator Grok/Handoko
Ketika Cinta Menjadi Jalan, Tapi Syariat Tetap Kompasnya
Salah satu warisan terbesar Imam Junaid adalah gagasannya bahwa cinta kepada Tuhan harus tetap dalam bimbingan syariat. Ia tidak menolak cinta Ilahi sebagai jalan makrifat, namun ia mengingatkan bahwa cinta tanpa disiplin bisa menjerumuskan.
“Cinta itu memerlukan kesetiaan,” ujarnya, “dan kesetiaan terhadap Tuhan ditunjukkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya.” Ia juga mengatakan bahwa seorang sufi sejati adalah mereka yang menyembunyikan cinta dan derajat spiritualnya dari dunia, bukan yang memamerkan pengalaman batinnya di hadapan banyak orang.
Jalan Sunyi yang Relevan untuk Zaman Kini
Di era digital saat ini, di mana setiap pengalaman dan perasaan ingin dibagikan ke media sosial, ajaran Imam Junaid terasa begitu relevan. Ia mengajarkan bahwa yang paling dalam tidak perlu diumbar, dan bahwa keikhlasan tumbuh dalam diam.
Ketika banyak orang merasa kosong di tengah hiruk-pikuk dunia, jalan sunyi yang ditunjukkan Imam Junaid bisa menjadi oase. Ia mengajarkan untuk tetap terhubung dengan Tuhan dalam diam, dalam pekerjaan, dalam senyap malam, dan bahkan dalam keramaian kota.
Kita tidak perlu menjadi sufi yang tinggal di padang pasir atau bertapa di gunung. Menjadi sufi, menurut Junaid, adalah menjadi manusia yang sadar akan kehadiran Tuhan dalam setiap detak jantung dan tarikan napas.