Kisah Pengabdian Penghulu di Pulau Pulau Batu yang Inspiratif: Lika-Liku dan Perjalanan ke Tempat Terpencil
- kemenag.go.id
Nias Selatan, WISATA – Indonesia adalah negara kepulauan. Bentangan wilayah disusun oleh beribu pulau yang terhubung oleh lautan. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi para penghulu, utamanya mereka yang bertugas di kawasan kepulauan.
Kisah pengabdian Ian Maisa Sembiring (41) sebagai Penghulu sekaligus Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pulau Pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, menggambarkan betapa sulitnya perjalanan yang harus ditempuh dalam bertugas.
Ian yang lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara dan menjadi CPNS sejak 2008 ini ditugaskan oleh Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Nias Selatan untuk menjadi Kepala KUA di Pulau Pulau Batu pada 2015. Sebelumnya, Kepala KUA Pulau Batu Batu dirangkap oleh Kepala KUA Teluk dalam karena kekurangan pegawai.
Wilayah kerja KUA Pulau Pulau Batu meliputi tujuh Kecamatan yang tersebar di banyak pulau, sehingga ada julukan 101 pulau. KUA Pulau Pulau Batu memiliki Tipologi D2, yakni KUA Kecamatan yang berada di daerah terluar, terdalam, dan di daerah perbatasan kepulauan. Oleh karena itu akses tranportasi yang digunakan antara lain kapal, serta boat atau perahu. Wilayah terjauh itu ada di Kecamatan Hibala dan Kecamatan Simuk yang waktu tempuhnya dapat mencapai 5 hingga 6 jam perjalanan dengan menggunakan kapal.
Menurut Ian, alasan masih bertahan sebagai penghulu di Pulau Pulau Batu adalah karena banyaknya pernikahan di Pulau Pulau Batu yang belum tercatat. Sehingga, banyak desa yang warganya tidak punya dokumen nikah. Setelah dijalin kerjasama dengan Pengadilan Agama (PA) Gunungsitoli dengan Sidang Itsbat Nikah, jumlah pasangan yang telah mendapatkan Buku Nikah melalui Itsbat berjumlah kurang lebih 200 pasang.
Sebagai penghulu, Ian harus siap berada di pulau itu setidaknya tiga hari, keberangkatan sebelum hari pelaksanaan, hari pelaksanaan, dan hari kembali setelah pelaksanaan. Itupun dengan catatan cuaca bagus. Bila cuaca kurang bagus, misal ada badai, maka berada di pulau itu dapat lebih dari tiga hari.
Pengalaman tak terlupakan saat momen pernikahan calon pengantin di Pulau Bais Kecamatan Pulau Pulau Batu Timur. Untuk sampai lokasi, dia harus menyusuri perjalanan laut menggunakan kapal kayu selama 3 jam. Setelah itu, dia menaiki perahu kecil dikarenakan kondisi laut yang surut di siang hari. Sehingga, tidak memungkinkan menggunakan kapal kayu besar untuk mencapai bibir pantai.