Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, Menjawab Ancaman Siber dan Tantangan Teknologi Modern

Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla
Sumber :
  • Handoko/istimewa

Artikel ini merupakan hasil wawancara penulis dengan Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla., Ketua Presidium Pejuang Bela Negara. Tulisan ini adalah konsepsi Bela Bangsa menurut Presidium Bela Bangsa, dan akan disampaikan dalam beberapa tulisan secara berseri. Kali ini merupakan artikel kelima dan penutup dari lima artikel yang direncanakan.

Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Melalui Pendidikan dan Karakter Bangsa

Jakarta, WISATA - “Bela negara bukan lagi hanya soal angkat senjata. Di era digital, ancaman bisa datang tanpa disadari, menyerang kita melalui jaringan internet,” kata Laksma Jaya Darmawan membuka wawancara. Dunia digital, katanya, menghadirkan peluang sekaligus ancaman besar bagi bangsa. Dari serangan siber yang menargetkan data strategis hingga penyebaran berita palsu yang dapat memecah belah persatuan, semua ini adalah realitas baru yang harus dihadapi dengan strategi modern.

Menurut laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Indonesia mencatat lebih dari 1,6 miliar serangan siber sepanjang tahun 2023. Angka ini menunjukkan betapa gentingnya situasi saat ini. Serangan tersebut tidak hanya menyerang individu atau institusi, tetapi juga mengancam infrastruktur vital seperti transportasi, energi, dan layanan publik.

Metode Socrates: Inspirasi Abadi untuk Pendidikan Modern dan Kebebasan Berpikir

“Dalam konteks bela negara, ancaman siber adalah medan pertempuran baru yang membutuhkan kesiapan intelektual dan teknologi tinggi,” ujar Jaya Darmawan. Ia menekankan pentingnya kesadaran kolektif bahwa ancaman ini bisa melemahkan kedaulatan bangsa jika tidak diatasi dengan serius.

Diplomasi Teknologi sebagai Pilar Bela Negara

Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan: Sinergi Pemerintah, Rakyat, dan Sumber Daya Alam adalah Kunci

Laksma Jaya Darmawan juga menyoroti pentingnya diplomasi teknologi dalam menghadapi tantangan global. Ia menjelaskan bahwa di era modern, teknologi adalah alat diplomasi yang sangat efektif. Negara-negara dengan kemampuan teknologi tinggi memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam pergaulan internasional.

“Indonesia harus mampu menjadi produsen, bukan sekadar konsumen teknologi. Ketergantungan pada teknologi asing hanya akan membuat kita rentan terhadap intervensi pihak luar,” katanya. Jaya Darmawan mengusulkan agar pemerintah memperkuat kerjasama internasional dalam bidang teknologi, tetapi tetap memprioritaskan pengembangan inovasi lokal.

Sebagai contoh, program satelit nasional yang dikelola oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dapat menjadi tonggak penting untuk meningkatkan kemampuan teknologi dalam negeri. Selain itu, kolaborasi dengan universitas dan lembaga riset lokal juga harus ditingkatkan agar Indonesia tidak tertinggal dalam kompetisi global.

“Diplomasi teknologi bukan hanya soal membeli teknologi dari luar negeri, tetapi juga bagaimana kita membangun kemampuan sendiri untuk bersaing,” tambahnya.

Inovasi Lokal sebagai Jawaban

Dalam wawancara ini, Laksma Jaya Darmawan juga menekankan pentingnya inovasi berbasis lokal sebagai bagian dari strategi bela negara. Ia percaya bahwa potensi lokal Indonesia sangat besar, baik dari segi sumber daya manusia maupun alam. Tantangannya adalah bagaimana mengelola potensi tersebut menjadi kekuatan nyata.

“Kita memiliki banyak talenta muda yang berbakat di bidang teknologi. Mereka perlu difasilitasi agar dapat mengembangkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan bangsa,” jelasnya. Salah satu contohnya adalah pengembangan aplikasi keamanan digital yang dibuat oleh anak-anak muda Indonesia. Aplikasi ini tidak hanya membantu melindungi data pribadi, tetapi juga bisa menjadi alat penting dalam menjaga keamanan nasional.

Laksma Jaya juga menggarisbawahi pentingnya keberlanjutan dalam inovasi lokal. Pemerintah dan sektor swasta harus bersinergi untuk mendukung penelitian dan pengembangan (R&D) yang berfokus pada kebutuhan domestik. Misalnya, pengembangan perangkat keras seperti komputer atau ponsel yang dirancang dan diproduksi di Indonesia, sehingga mengurangi ketergantungan impor.

Membangun Kesadaran Bela Negara di Era Digital

Menurut Jaya Darmawan, kesadaran masyarakat adalah kunci utama dalam bela negara di era digital. Masyarakat harus memahami bahwa setiap individu memiliki peran dalam menjaga keamanan digital, mulai dari melindungi data pribadi hingga tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi kebenarannya.

“Kesadaran ini harus dimulai dari pendidikan,” katanya. Kurikulum sekolah perlu disesuaikan agar siswa memahami pentingnya literasi digital. Selain itu, kampanye nasional tentang keamanan siber harus digalakkan, melibatkan berbagai pihak seperti komunitas teknologi, media, dan organisasi masyarakat sipil.

Ia juga menyoroti peran keluarga dalam membangun kesadaran ini. Orang tua harus menjadi contoh dalam menggunakan teknologi secara bijak, seperti mengajarkan anak-anak untuk tidak sembarangan mengakses informasi atau membagikan data pribadi di internet.

Menuju Masa Depan yang Berdaulat

Di akhir wawancara, Laksma Jaya Darmawan menyampaikan harapannya untuk masa depan Indonesia. “Dengan semangat bela negara yang diperbarui dan disesuaikan dengan era digital, saya yakin Indonesia mampu menghadapi berbagai tantangan zaman,” ujarnya. Beliau percaya bahwa dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Indonesia dapat menjadi bangsa yang berdaulat secara teknologi, aman dari ancaman siber, dan tetap teguh menjaga identitasnya di tengah arus globalisasi.

Ini merupakan bagian terakhir dari seri wawancara eksklusif bersama Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla., Ketua Presidium Pejuang Bela Negara. Dalam lima tulisan ini, kita telah mengeksplorasi berbagai aspek bela negara, mulai dari penguatan nilai-nilai Pancasila, pendidikan karakter, hingga strategi menghadapi ancaman di era digital.

Pesan utama yang dapat kita ambil adalah bahwa bela negara adalah tanggung jawab bersama yang harus terus hidup di setiap individu. Dalam dunia yang terus berubah, konsep bela negara juga harus beradaptasi, tetapi tetap berakar pada cinta tanah air dan semangat kebangsaan.

“Bela negara adalah komitmen tanpa batas yang melampaui waktu dan situasi. Ini adalah tanggung jawab moral kita untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, adil, dan bermartabat,” tutup Jaya Darmawan. Dengan demikian, mari kita jadikan semangat bela negara sebagai fondasi dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini.