Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Melalui Pendidikan dan Karakter Bangsa

Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla
Sumber :
  • Handoko/istimewa

Artikel ini merupakan hasil wawancara penulis dengan Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla., Ketua Presidium Pejuang Bela Negara. Tulisan ini adalah konsepsi Bela Negara menurut Presidium Pejuang Bela Negara, dan akan disampaikan dalam beberapa tulisan secara berseri. Kali ini merupakan artikel keempat dari lima artikel yang direncanakan.

Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan: Peran Strategis Bela Negara dalam Menguatkan Ketahanan Nasional

Jakarta, WISATA - “Nilai-nilai Pancasila tidak hanya harus dipelajari, tetapi juga dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Laksma Jaya Darmawan ketika membuka pembicaraan. Baginya, Pancasila bukan sekadar dokumen yang dibacakan dalam upacara atau dihafalkan di sekolah. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya harus menjadi pedoman hidup yang nyata, baik di tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat.

Beliau mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya anak muda yang semakin jauh dari nilai-nilai ini. “Pancasila adalah benteng yang melindungi kita dari ancaman radikalisme, intoleransi, dan individualisme,” ujarnya. Menurutnya, nilai-nilai Pancasila dapat dibangkitkan kembali dengan pendidikan karakter yang dimulai sejak dini. Tidak cukup hanya dengan teori di ruang kelas; praktik nyata harus menjadi bagian integral dari proses belajar. Misalnya, melalui kegiatan gotong royong, pengenalan budaya lokal, dan pembiasaan berperilaku adil, jujur, serta bertanggung jawab.

Bela Negara: Komitmen Tanpa Batas untuk Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Bangsa Wawancara Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan

Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan seluruh elemen masyarakat. Orang tua, guru, dan tokoh masyarakat harus bersinergi untuk menjadikan Pancasila sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Hanya dengan demikian, nilai-nilai ini dapat bertahan di tengah derasnya arus globalisasi.

Menanamkan Nasionalisme Sejak Usia Dini

"Jika Engkau Tidak Berani Bermimpi, Maka Hidupmu Hanya Akan Berjalan Tanpa Arah"

Ketika ditanya mengapa anak muda menjadi fokus utama dalam upaya revitalisasi ini, Jaya Darmawan menjelaskan bahwa mereka adalah harapan bangsa. “Anak muda adalah garda depan pembangunan bangsa. Kalau mereka kehilangan rasa cinta tanah air, bagaimana kita bisa berharap pada masa depan yang berdaulat?”

Ia menyebutkan fakta menarik bahwa survei nasional pada tahun 2024 menunjukkan hanya 45% anak muda yang memahami nilai-nilai Pancasila secara mendalam. Hal ini menjadi sinyal bahaya yang harus segera ditanggapi. Pendidikan nasionalisme, katanya, harus dimulai sejak usia dini. Sekolah-sekolah perlu mengintegrasikan kurikulum yang mengajarkan nilai-nilai kebangsaan tidak hanya melalui pelajaran PPKn, tetapi juga melalui seni, olahraga, dan teknologi.

Laksma Jaya menyoroti perlunya pendekatan yang kreatif dan relevan. Kampanye cinta tanah air dapat dilakukan melalui platform digital, dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat komunikasi utama. Video pendek, lagu, atau bahkan tantangan daring yang mengangkat tema nasionalisme dapat menjadi cara yang efektif untuk menarik perhatian generasi muda.

Beliau juga berbagi tentang pentingnya program pemuda tangguh, seperti pelatihan bela negara, kegiatan kepemimpinan, dan program pertukaran budaya antar daerah. Program-program ini, katanya, tidak hanya membangun rasa bangga akan identitas nasional, tetapi juga mempererat persatuan di tengah keragaman.

Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi

Globalisasi, menurut Jaya Darmawan, adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang besar bagi Indonesia untuk maju. Namun di sisi lain, ia membawa ancaman berupa infiltrasi budaya asing yang dapat melemahkan identitas bangsa. “Kita tidak bisa menutup diri dari globalisasi, tetapi kita harus punya identitas kuat,” katanya.

Pendidikan karakter menjadi benteng utama dalam menghadapi tantangan ini. Beliau mencontohkan nilai gotong royong, yang mulai tergerus oleh gaya hidup individualistik. Untuk mengatasinya, pelatihan berbasis kearifan lokal harus dihidupkan kembali. Tradisi seperti kerja bakti, upacara adat, dan seni budaya lokal dapat menjadi media yang efektif untuk memperkuat karakter bangsa.

Selain itu, Laksma Jaya mengusulkan revitalisasi upacara bendera di sekolah dan tempat kerja. Menurutnya, penghormatan kepada simbol negara yang sederhana ini memiliki dampak besar dalam menanamkan rasa bangga dan hormat terhadap tanah air. “Kita perlu mengingatkan kembali makna di balik merah putih,” ujarnya penuh semangat.

Beliau juga menekankan peran tokoh masyarakat dalam menjadi panutan. Anak muda membutuhkan figur yang dapat dijadikan teladan, baik dalam hal integritas, dedikasi, maupun rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, tokoh agama, pemimpin adat, dan figur publik perlu aktif berperan dalam menggerakkan semangat nasionalisme.

Pemerintah, Masyarakat, dan Kolaborasi Strategis

Dalam pandangan Laksma Jaya Darmawan, bela negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Ini adalah kewajiban bersama yang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pemerintah, katanya, harus menjadi fasilitator utama. Kebijakan dan program yang mendukung pendidikan karakter harus diprioritaskan, seperti subsidi untuk kegiatan budaya, pelatihan kepemimpinan, dan penyediaan platform digital yang mendukung kampanye cinta tanah air.

Namun, masyarakat juga memegang peranan penting. Gotong royong, yang menjadi ciri khas bangsa ini, harus kembali dibudayakan. Komunitas lokal perlu didorong untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang mempererat solidaritas, seperti festival budaya, lomba kebersihan lingkungan, dan diskusi kebangsaan.

Sektor swasta, menurutnya, juga tidak boleh tinggal diam. Mereka dapat mendukung upaya ini melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Misalnya, dengan menyediakan dana untuk pelatihan kepemimpinan pemuda, membangun fasilitas publik yang mendukung kegiatan budaya, atau mendanai kampanye nasionalisme melalui media massa.

Menyongsong Indonesia yang Berdaulat dan Bermartabat

Di penghujung wawancara, Laksma Jaya Darmawan menyampaikan pesan yang menggugah. “Kita harus percaya, semangat nasionalisme masih ada di hati setiap rakyat Indonesia. Tugas kita adalah membangkitkan itu kembali,” ujarnya penuh keyakinan.

Menurutnya, dengan pendekatan pendidikan yang strategis, penguatan karakter bangsa, dan semangat kebersamaan, Indonesia dapat menghadapi berbagai tantangan zaman, dari ancaman siber hingga infiltrasi budaya asing. Beliau yakin bahwa semangat bela negara bukanlah hal yang kaku atau usang. Sebaliknya, ini adalah api yang harus terus menyala di setiap jiwa anak bangsa.

Laksma Jaya mengakhiri dengan sebuah ajakan, “Mari kita kobarkan semangat bela negara, tidak hanya demi masa kini, tetapi juga untuk masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia.”