Ekonomi Lesu: Shifting Teknologi atau Dampak Resesi Global?
- Image Creator Bing/Handoko
Di Eropa, misalnya, perang di Ukraina telah menciptakan krisis energi yang signifikan. Negara-negara seperti Jerman dan Prancis mengalami kenaikan biaya hidup yang tajam, sementara daya beli masyarakat menurun. Di Amerika Serikat, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve untuk mengendalikan inflasi telah mengurangi konsumsi masyarakat, memicu ketidakpastian di pasar.
Di Indonesia, meskipun pertumbuhan ekonomi masih positif, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi mencapai 5,4% pada Agustus 2023, yang dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan dan energi. Sektor-sektor yang bergantung pada daya beli masyarakat kini merasakan dampak langsung dari inflasi yang melambung ini.
Data Statistik yang Mendorong Diskusi
- Transformasi Digital: Survei dari APJII menunjukkan bahwa 70% pelaku usaha menyatakan bahwa mereka telah melakukan inovasi digital sejak pandemi. Namun, 60% dari mereka merasa tidak siap menghadapi tantangan yang muncul akibat pergeseran ini.
- Resesi Global: Laporan dari IMF memprediksi bahwa lebih dari 50 negara akan mengalami kontraksi ekonomi pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa resesi bukanlah isu yang dihadapi hanya oleh negara-negara besar, tetapi juga oleh banyak negara berkembang.
- PHK di Sektor Teknologi: Data dari Layoffs.fyi mencatat lebih dari 300.000 PHK di sektor teknologi sepanjang tahun 2023. Banyak perusahaan besar terpaksa memangkas tenaga kerja untuk menjaga keberlangsungan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi.
Apakah Keduanya Saling Berhubungan?
Meneliti lebih dalam, shifting teknologi dan dampak resesi global tampaknya saling berkaitan. Perubahan cara kerja yang cepat akibat digitalisasi membuat banyak tenaga kerja terancam. Sektor-sektor yang tidak beradaptasi dengan cepat mengalami penurunan drastis, yang selanjutnya memperburuk kondisi ekonomi secara keseluruhan.
Di sisi lain, resesi yang melanda memperparah dampak dari shifting teknologi. Banyak perusahaan yang seharusnya melakukan transformasi terpaksa menunda atau bahkan membatalkan rencana mereka akibat ketidakpastian ekonomi. Hal ini menciptakan siklus negatif yang sulit diputus.