Otomasi Industri: Revolusi atau Ancaman Bagi Pekerja Manusia?
- Handoko/Istimewa
Di Indonesia, dampaknya juga mulai terasa. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 30 persen tenaga kerja di sektor manufaktur berisiko terkena dampak otomatisasi. Pekerjaan yang melibatkan tugas-tugas rutin dan berulang adalah yang paling rentan digantikan oleh mesin.
Pekerjaan Baru di Era Otomasi
Walaupun otomatisasi dapat mengurangi beberapa jenis pekerjaan, teknologi ini juga membuka peluang baru bagi pekerjaan yang lebih tinggi dan lebih terampil. Misalnya, permintaan terhadap teknisi robotik, insinyur AI, dan analis data akan meningkat seiring dengan semakin luasnya penggunaan teknologi otomatisasi.
Para pekerja harus siap beradaptasi dengan tuntutan baru ini. Di banyak negara, program reskilling (pelatihan ulang) dan upskilling (peningkatan keterampilan) telah diluncurkan untuk membantu pekerja beralih ke peran yang lebih relevan di era otomatisasi. Di Indonesia, pemerintah telah memperkenalkan program-program untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, seperti melalui pendidikan vokasi dan pelatihan berbasis teknologi.
Efisiensi dan Produktivitas yang Meningkat
Salah satu manfaat terbesar dari otomatisasi adalah peningkatan efisiensi dan produktivitas. Mesin otomatis dapat bekerja lebih cepat dan konsisten daripada manusia, sehingga mampu meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi kesalahan. Menurut riset McKinsey, perusahaan yang mengadopsi otomatisasi di sektor manufaktur mampu meningkatkan produktivitas hingga 20 persen.
Selain itu, otomatisasi juga membawa keuntungan dalam hal keamanan kerja. Pekerjaan yang berbahaya atau melibatkan bahan beracun kini dapat diambil alih oleh robot, sehingga mengurangi risiko cedera bagi pekerja manusia.