Mengapa Socrates Menentang Demokrasi? Pandangan Sang Filsuf yang Mengguncang Athena

Socrates dan Plato
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Socrates menolak gagasan bahwa mayoritas selalu benar. Bagi Socrates, kebenaran dan kebijaksanaan tidak diukur dari jumlah suara, tetapi dari kedalaman pemahaman dan kualitas argumen. Ia percaya bahwa sistem demokrasi yang berlandaskan pada suara mayoritas bisa dengan mudah dimanipulasi oleh individu-individu yang mengerti cara memainkan emosi massa.

Keabadian Jiwa dalam Phaedo: Apa yang Plato Ajarkan Tentang Kehidupan Setelah Mati?

Socrates menekankan bahwa pemimpin yang baik harus dipilih berdasarkan kapasitas intelektual dan moral, bukan karena daya tarik pribadi atau kemampuan memanipulasi publik. Ia membayangkan sebuah masyarakat di mana keputusan-keputusan penting dibuat oleh mereka yang benar-benar memahami masalah yang dihadapi, bukan oleh orang banyak yang sering kali dipengaruhi oleh kebodohan, ketidaktahuan, atau kepentingan sempit.

Relevansi Kritik Socrates Terhadap Demokrasi Modern

Simposium Plato: Filosofi Cinta yang Mengubah Pandangan Dunia

Meskipun pemikiran Socrates berkembang lebih dari dua ribu tahun yang lalu, kritiknya terhadap demokrasi tetap relevan hingga saat ini. Di era modern, banyak negara demokratis yang masih menghadapi tantangan populisme, manipulasi politik, dan kurangnya edukasi politik di kalangan pemilih. Pemilihan pemimpin yang didasarkan pada popularitas alih-alih kompetensi dan kebijaksanaan masih menjadi masalah yang dihadapi banyak negara.

Pandangan Socrates mengingatkan kita bahwa demokrasi bukan hanya soal hak untuk memilih, tetapi juga tentang tanggung jawab untuk memilih dengan bijak. Ia mendorong masyarakat untuk lebih kritis dalam menilai calon pemimpin, tidak hanya berdasarkan janji-janji atau daya tarik retoris, tetapi berdasarkan kapasitas mereka untuk memimpin dengan kebijaksanaan dan pengetahuan.

Demokrasi dan Uji Waktu: Bagaimana Sistem Ini Bertahan di Tengah Krisis Politik Modern?

Socrates juga mengajarkan pentingnya pendidikan politik dan etika dalam masyarakat. Tanpa pemahaman yang memadai tentang apa yang baik bagi negara, pemilih bisa dengan mudah dijebak dalam permainan politik yang merugikan. Oleh karena itu, demokrasi yang sehat membutuhkan warga negara yang terdidik, kritis, dan memiliki kemampuan untuk memahami isu-isu kompleks yang dihadapi bangsa.