Menguak Identitas dan Agenda Tersembunyi, Siapa Dalang di Balik Serangan Hacker Global?
- Image Creator/Handoko
Menurut laporan dari FireEye, sebuah perusahaan keamanan siber, setidaknya 31% serangan siber global dalam beberapa tahun terakhir diyakini didukung oleh negara. Negara-negara seperti Rusia, China, Korea Utara, dan Iran sering disebut-sebut terlibat dalam serangan siber yang menargetkan infrastruktur kritis negara lain.
Motif di Balik Serangan: Dari Ekonomi Hingga Ideologi
Motivasi di balik serangan siber sangat bervariasi. Dalam banyak kasus, motif ekonomi menjadi faktor utama. Serangan ransomware, misalnya, dilakukan dengan tujuan mendapatkan uang tebusan dari korban. Pada tahun 2021, total kerugian akibat serangan ransomware diperkirakan mencapai $20 miliar, menurut laporan dari Cybersecurity Ventures.
Namun, motif ekonomi bukan satu-satunya alasan di balik serangan siber. Beberapa serangan dilakukan dengan tujuan politik atau ideologis. Serangan Stuxnet pada tahun 2010, misalnya, diyakini merupakan operasi yang didukung negara dengan tujuan melemahkan program nuklir Iran. Begitu pula dengan serangan terhadap sistem pemilihan umum di berbagai negara yang diduga dilakukan untuk mempengaruhi hasil pemilu.
Selain itu, serangan siber juga sering digunakan sebagai alat spionase. Aktor-aktor negara sering kali menggunakan serangan siber untuk mencuri informasi rahasia dari negara lain. Dalam laporan tahunan dari CrowdStrike, disebutkan bahwa spionase siber telah meningkat pesat, terutama di sektor teknologi dan pertahanan.
Teknik dan Metode Serangan yang Semakin Canggih
Para pelaku serangan siber semakin canggih dalam menjalankan aksinya. Mereka menggunakan berbagai teknik yang sulit dilacak dan dideteksi. Salah satu metode yang paling sering digunakan adalah phishing, di mana hacker mengelabui korban untuk mengungkapkan informasi sensitif seperti kata sandi atau nomor kartu kredit.