Ancaman Siber dan Tantangan Stabilitas Ekonomi Global: Perspektif Indonesia dalam Geopolitik Dunia
- Handoko/Istimewa
Ancaman Siber di Tengah Geopolitik yang Memanas
Ancaman siber, yang merupakan bagian dari dinamika geopolitik, semakin menjadi perhatian utama berbagai negara. Serangan siber yang terencana dan terstruktur, sering disebut sebagai Advanced Persistent Threat (APT), telah menjadi senjata baru dalam konflik geopolitik. Serangan ini sering kali dilakukan oleh kelompok yang didukung oleh negara, atau dikenal sebagai state-sponsored attackers, dengan tujuan merusak atau mencuri informasi penting yang dapat digunakan untuk keuntungan politik atau ekonomi.
"Serangan APT tidak hanya menargetkan infrastruktur kritikal seperti jaringan listrik atau transportasi, tetapi juga sistem finansial dan informasi negara. Dampaknya bisa sangat luas, mulai dari kerugian ekonomi hingga kekacauan sosial," jelas Ratno Kuncoro.
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi pengguna internet terbesar di dunia, tidak kebal terhadap ancaman ini. Ratno Kuncoro menyebutkan bahwa serangan siber yang menargetkan Indonesia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama yang berasal dari aktor negara lain. "Ini bukan hanya masalah teknologi, tetapi juga masalah kedaulatan nasional. Kita harus waspada terhadap setiap upaya yang mencoba merusak stabilitas negara melalui dunia maya," tegasnya.
Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Siber
Sebagai negara berkembang yang memiliki potensi besar di sektor teknologi dan ekonomi digital, Indonesia harus memperkuat pertahanan sibernya. Ratno Kuncoro menekankan bahwa Polri, bersama dengan lembaga terkait lainnya, terus berupaya meningkatkan kemampuan untuk menghadapi ancaman ini. "Kita tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk membangun ketahanan siber yang kuat," ujarnya.
Dalam hal ini, Indonesia telah melakukan berbagai langkah strategis, mulai dari meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang siber hingga memperkuat kerjasama internasional. "Kerjasama dengan negara lain sangat penting. Kita harus belajar dari negara-negara yang sudah lebih maju dalam hal teknologi dan pertahanan siber," kata Ratno Kuncoro.