INFO HAJI: Tragedi Armuzna di Haji 2023, Kesaksian Seorang Jemaah (Bagian 1 - Arafah)
- Maman Abdurahman
Jakarta, WISATA – Alhamdulillah saya dan istri mendapat kesempatan terbang ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji tahun 2023 setelah tertunda dua tahun karena ada Covid-19.
Salah satu ibadah yang sangat penting dalam ibadah haji yang kami ikuti adalah wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah serta mabit dan lempar jamarat di Mina. Kemenag menyebut kegiatan ibadah di lokasi ini dengan Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina).
Ibadah di Armuzna merupakan puncak ibadah haji. Semua jemaah haji dari seluruh dunia bergerak ke lokasi ini pada tanggal 8 Zulhijah. Akibatnya, jalan sangat padat dan macet. Karena itu, layanan transportasi dari dan ke Masjidil Haram pun dihentikan sementara, yaitu mulai tanggal 6 sampai 13 Zulhijah.
Imbas lainnya adalah ditiadakannya layanan makanan untuk jemaah haji Indonesia, yaitu tanggal 7, 13, 14 dan 15 Zulhijah. Untuk mengatasi ketiadaan makanan, saya dan istri membeli makanan yang ada di warung di sekitar hotel, baik nasi putih atau pun makanan khas Timur Tengah.
Untungnya, ada sejumlah jemaah haji yang dermawan mentraktir makan untuk jemaah haji rombongan kami dengan nasi briyani, nasi kebuli dan sebagainya. Terasa ada kebersamaan dan kekompakan.
Kembali lagi ke keberangkatan ke Arafah. Saya dan jemaah haji lainnya berangkat ke Arafah pada tanggal 8 Zulhijah dengan bus yang disediakan Masyariq. Masyariq adalah nama Syarikah yang mendapat izin dari otoritas Arab Saudi untuk memberikan layanan kepada jemaah selama di Armuzna.
Rombongan kami masuk bus yang sudah penuh, sehingga kami harus berdiri sepanjang perjalanan menuju Arafah. Padahal ada bus di belakangnya yang kosong. Tapi Masyariq memaksa kami menaiki bus yang sudah penuh. Masyariq menyediakan enam bus yang pulang pergi secara taraddudi dari hotel ke Arafah dan sebaliknya.
Kami berangkat ke Arafah setelah ashar. Sebelum berangkat, saya dan jemaah haji lainnya mempersiapkan diri seperti mandi ihram, mengenakan kain ihram, niat ihram dan salat sunah ihram.
Dalam pelaksanaan salat sunah ihram ini, ada dua pandangan yang berbeda. Satu pandangan menyebutkan bahwa salat ihram harus dilakukan sebelum salat ashar. Dasarnya tidak boleh salat setelah salat Asar. Sedangkan pandangan kedua, boleh salat setelah Asar, jika ada sebab, seperti salat jenazah, biasa dilakukan di masjid Nabawi dan masjidil Haram.
Begitu pun salat ihram, menurut pandangan ini, boleh dilakukan setelah salat Asar karena ada sebab yaitu ihram. Para jemaah diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya sesuai dengan pemahaman dan keyakinannya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam, bus yang kami tumpangi berhenti di depan gerbang maktab 43. Saya dan jemaah haji lainnya telah tiba di padang Arafah. Kami disambut oleh ribuan tenda putih seperti jamur-jamur raksasa yang terhampar di padang. (Bersambung)
Balekambang, 16 Juli 2023
Maman Abdurahman
Jemaah Haji Kloter JKG 06, R-08