Plato: "Cinta adalah Dorongan untuk Melampaui Diri Kita Sendiri"

Plato (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/ Handoko

Jakarta, WISATA - Plato, filsuf Yunani kuno yang terkenal dengan pemikirannya yang mendalam dan berpengaruh, memiliki pandangan unik tentang cinta. Baginya, cinta bukan sekadar perasaan romantis, tetapi dorongan untuk melampaui batasan diri kita sendiri dan mencapai tingkat pemahaman serta keberadaan yang lebih tinggi. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pandangan Plato tentang cinta dan bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Keabadian Jiwa dalam Phaedo: Apa yang Plato Ajarkan Tentang Kehidupan Setelah Mati?

Latar Belakang Filosofi Plato

Plato lahir di Athena sekitar tahun 427 SM dan merupakan murid dari Socrates serta guru dari Aristoteles. Dia mendirikan Akademi, yang merupakan institusi pendidikan tinggi pertama di dunia Barat. Melalui karya-karyanya seperti "Simposium" dan "Phaedrus," Plato mengembangkan gagasan tentang cinta yang melampaui pemahaman konvensional.

"Hidup yang Tidak Dikaji Tidak Layak Dijalani" – Plato dan Panggilan untuk Merefleksikan Kehidupan

Konsep Cinta dalam Pemikiran Plato

Plato memperkenalkan konsep Cinta Platonis, yang tidak hanya mencakup cinta fisik atau romantis tetapi juga cinta yang lebih murni dan intelektual. Dalam dialog "Simposium," Plato menggambarkan cinta sebagai tangga yang mengarah ke pemahaman kebenaran dan keindahan yang lebih tinggi.

Ketidakadilan Dimulai Saat Seseorang Mengutamakan Kepentingan Diri Sendiri – Plato dan Akar Ketidakadilan

Cinta sebagai Dorongan Spiritual

Menurut Plato, cinta adalah dorongan spiritual yang mendorong manusia untuk melampaui diri mereka sendiri. Cinta ini bukan hanya tentang hasrat fisik tetapi juga tentang mengejar keindahan dan kebenaran dalam bentuk yang paling murni. Plato menggambarkan cinta sebagai kekuatan yang memotivasi manusia untuk mencapai potensi tertinggi mereka.

Halaman Selanjutnya
img_title