Bisnis Terselubung di Balik Tradisi Pengantin Baru ‘Nyembah’ Desa Gunung Larang, Brebes
- Woro Juni D.
Brebes, WISATA – Di setiap daerah tentu mempunyai tradisi pernikahan sendiri-sendiri, yang bisa saja unik untuk daerah tertentu. Di Desa Gunung Larang, Brebes terdapat tradisi ‘nyembah’ yang dilakukan oleh pengantin baru.
‘Nyembah’ adalah tradisi yang dilakukan oleh pengantin baru untuk berkunjung ke sanak saudara, terutama saudara yang lebih tua atau yang dituakan. Pada saat ‘nyembah’ pasangan suami istri yang baru saja menikah tersebut membawa hantaran yang terdiri dari bermacam-macam barang, seperti kue-kue, lauk, nasi, ayam hidup dan masih banyak lagi.
Hantaran yang diberikan kepada orang tua, tentu berbeda dengan yang diberikan pada sanak saudara lainnya. Misalkan, sebuah hantaran untuk saudara dan kerabat berisi kue-kue 10 macam, lauk ayam, lauk daging sapi, nasi, telur dan jarit, maka untuk orang tua, bisa sama dengan kualitas yang lebih bagus, atau jumlahnya lebih banyak lagi, seperti ada sprei, ayam hidup dan sebagainya.
Pengantin baru yang berkunjung untuk membawa hantaran, ditemani dengan kerabat dari pihak perempuan untuk membawakan berbagai hantaran tadi.
Namun setelah hantaran diterima, pihak penerima harus ‘mengganti harga’ sesuai jumlah dan macam-macam hantaran yang diberikan.
Nominal uang yang diberikan untuk ‘menebus’ hantaran dalam tradisi ‘nyembah’ ini tidak ditentukan, hanya disesuaikan dengan isi hantaran tersebut. Bisa jadi kisarannya ratusan ribu rupiah.
Ada hantaran, ada uang, prinsipnya seperti bisnis jual beli. Disadari atau tidak, tradisi nyembah telah menjadi bisnis. Disayangkan ketika penerima hantaran keuangannya terbatas, dia terpaksa harus mencari pinjaman untuk membeli hantaran yang mungkin tidak dia inginkan