Pendidikan Berbayar dan Dampaknya: Refleksi dari Pemikiran Socrates

Socrates
Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA   Dalam dunia yang semakin modern dan materialistis ini, pendidikan seringkali dianggap sebagai sebuah komoditas yang bisa dibeli dengan uang. Semakin mahal biaya pendidikan, semakin dianggap berkualitas. Namun, pemikiran filsuf Yunani kuno, Socrates, mengingatkan kita bahwa pendidikan yang hanya didapatkan dengan uang bisa lebih buruk daripada tidak berpendidikan sama sekali.

Socrates pernah mengatakan:

“An education obtained with money is worse than no education at all.”
(Pendidikan yang diperoleh dengan uang lebih buruk daripada tidak berpendidikan sama sekali.)

Pernyataan ini mengandung kritik mendalam terhadap sistem pendidikan yang berorientasi pada materi semata dan menempatkan uang sebagai jalan utama mendapatkan “pendidikan”.

Mengapa Pendidikan Berbayar Bisa Menjadi Masalah?

Di banyak negara, termasuk Indonesia, biaya pendidikan yang mahal seringkali menjadi penghalang bagi sebagian besar masyarakat untuk mengakses pendidikan berkualitas. Bahkan, tidak jarang uang menjadi satu-satunya jalan untuk mendapatkan ijazah atau gelar, tanpa memastikan kualitas belajar yang sesungguhnya.

Hal ini menimbulkan risiko munculnya pendidikan yang bersifat “formalitas” semata — peserta didik hanya menempuh proses untuk mendapatkan sertifikat, bukan benar-benar belajar dan memahami ilmu yang diajarkan.

Pendidikan Seharusnya Lebih dari Sekadar Transaksi

Socrates menegaskan bahwa pendidikan sejati tidak bisa diukur dengan seberapa banyak uang yang dikeluarkan. Pendidikan yang bermakna adalah proses pembentukan karakter, penanaman nilai, dan pengembangan kemampuan berpikir kritis yang harus diperoleh secara tulus, bukan karena harga mahal.

Pendidikan yang didapatkan hanya karena uang tanpa usaha, keinginan belajar, dan dedikasi akan kehilangan esensi sejatinya. Sebaliknya, ia bisa membentuk individu yang superfisial, hanya mengandalkan gelar tapi tanpa integritas dan pengetahuan mendalam.

Dampak Pendidikan Berbayar pada Kesenjangan Sosial

Ketika pendidikan menjadi barang mahal yang hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu, kesenjangan sosial semakin melebar. Mereka yang tidak mampu membayar pendidikan berkualitas akan sulit bersaing dan berkembang. Ini tentu bertentangan dengan semangat pendidikan sebagai alat pemberdayaan dan kesetaraan.

Socrates dengan bijak mengingatkan bahwa pendidikan yang diperoleh secara instan dan mahal bisa menimbulkan ketidakadilan dan bahkan memperburuk kondisi masyarakat.

Membangun Sistem Pendidikan yang Terjangkau dan Berkualitas

Untuk mewujudkan pendidikan yang bermakna dan merata, pemerintah dan semua pemangku kepentingan perlu mengupayakan akses pendidikan berkualitas tanpa memandang latar belakang ekonomi. Program beasiswa, peningkatan mutu sekolah negeri, serta inovasi metode pembelajaran dapat menjadi solusi.

Kunci utama adalah menanamkan nilai-nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab dalam proses belajar, sehingga pendidikan bukan sekadar gelar yang dibeli, melainkan sebuah perjalanan pengetahuan dan pembentukan karakter.

Pendidikan Tanpa Uang: Masih Ada Harapan

Tidak sedikit contoh orang-orang sukses yang memperoleh pendidikan tanpa biaya besar, bahkan dengan usaha dan kerja keras sendiri. Mereka membuktikan bahwa pendidikan sejati adalah bagaimana seseorang mengolah ilmu yang didapat, bukan dari harga yang dibayarkan.

Socrates mengajak kita untuk menilai pendidikan bukan dari materi, tetapi dari bagaimana ia membentuk pribadi dan kontribusi seseorang bagi masyarakat.

Pemikiran Socrates tentang pendidikan yang diperoleh dengan uang mengingatkan kita agar tidak menilai pendidikan hanya dari aspek materi. Pendidikan sejati adalah proses transformasi diri yang membutuhkan komitmen, kejujuran, dan semangat belajar. Jika hanya mengandalkan uang, maka pendidikan tersebut bisa kehilangan makna dan bahkan merugikan.

Kita sebagai bangsa harus terus memperjuangkan pendidikan yang terjangkau, berkualitas, dan mampu menumbuhkan karakter kuat, demi masa depan Indonesia yang lebih baik.