Konsep “Golden Mean” Aristoteles: Kunci Keseimbangan Hidup di Tengah Dunia yang Ekstrem

Aristoteles
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA — Di era modern yang serba cepat, kompetitif, dan penuh tekanan, hidup sering kali terasa seperti tarik-ulur antara dua kutub ekstrem: terlalu sibuk atau terlalu malas, terlalu keras atau terlalu lembek, terlalu boros atau terlalu pelit. Di tengah kekacauan ini, filsuf Yunani kuno Aristoteles menawarkan sebuah prinsip abadi yang tetap relevan: Golden Mean, atau jalan tengah yang penuh kebajikan.

10 Kutipan Aristoteles yang Mengubah Cara Anda Berpikir: Filsafat Abadi untuk Zaman Sekarang

Konsep ini bukan sekadar teori abstrak, melainkan panduan hidup praktis untuk menjalani kehidupan yang seimbang, harmonis, dan bermakna. Lalu, apa sebenarnya “Golden Mean” menurut Aristoteles? Dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?

 

Apa Itu Golden Mean?

Perbandingan Pandangan Etika Aristoteles dan Al-Ghazali: Akal dan Iman dalam Mencapai Kebajikan

Dalam karya terkenalnya Nicomachean Ethics, Aristoteles memperkenalkan gagasan “Golden Mean” (mesotes) sebagai titik tengah yang penuh kebajikan antara dua ekstrem: kelebihan dan kekurangan. Menurutnya, kebajikan moral bukanlah suatu ekstrem, melainkan posisi moderat yang sesuai dengan nalar dan konteks.

“Kebajikan adalah keadaan yang berada di tengah-tengah antara dua kejahatan: satu karena kelebihan dan satu karena kekurangan.”
— Aristoteles

Mengapa Aristoteles Disebut sebagai “Bapak Ilmu Pengetahuan”? Ini Alasannya!

Contohnya:

Kebajikan (Golden Mean)

Kekurangan

Kelebihan

Keberanian

Pengecut

Nekat

Kerendahan hati

Rendah diri

Sombong

Kedermawanan

Kikir

Boros

Kelembutan

Pemarah

Penurut

Rasa malu

Tidak tahu malu

Malu berlebihan

Halaman Selanjutnya
img_title