Seneca: Kita Lebih Sering Takut Daripada Terluka, dan Lebih Banyak Menderita Karena Imajinasi Daripada Realita

Seneca Filsuf Stoicisme
Seneca Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Sebagai contoh, banyak orang gagal mengambil peluang besar karena bayangan kegagalan lebih menakutkan daripada kemungkinan keberhasilan. Banyak pula yang tidak pernah memulai bisnis, tidak melamar pekerjaan impian, atau tidak menyatakan cinta karena ditakut-takuti oleh skenario imajinatif yang mereka ciptakan sendiri.

Filosofi Stoik: Hadapi Fakta, Bukan Bayangan

Stoikisme mengajarkan bahwa kita harus hidup sesuai realitas, bukan asumsi atau kekhawatiran. Ketika rasa takut datang, tanyakan: “Apakah ini benar-benar terjadi? Atau ini hanya imajinasi saya?” Jika jawabannya adalah yang kedua, maka Seneca mendorong kita untuk melepaskan beban itu dan kembali ke saat ini.

Fokus pada apa yang nyata adalah inti dari kehidupan Stoik. Mereka percaya bahwa penderitaan yang berasal dari khayalan bukan hanya tidak berguna, tetapi juga merugikan secara spiritual dan emosional.

Dunia Modern: Mesin Pencetak Ketakutan

Di era media sosial dan banjir informasi yang tiada henti, ketakutan dan kecemasan semakin mudah menyebar. Berita buruk, spekulasi ekonomi, krisis iklim, hingga konflik politik global — semuanya dikonsumsi secara konstan oleh pikiran kita. Tak heran jika otak kita menjadi overaktif dan penuh bayangan ancaman yang belum tentu kita alami secara langsung.

Seneca mengajarkan kita untuk berhenti sejenak dan menyaring mana yang nyata dan mana yang sekadar bayangan. Jika kita terus-menerus hidup dalam kekhawatiran, kita tidak akan pernah benar-benar menikmati hidup — meski kenyataannya tak seburuk yang kita bayangkan.