William of Ockham: Biara, Logika, dan Awal Revolusi Pemikiran Barat

William of Ockham
William of Ockham
Sumber :
  • Cuplikan layar

Salah satu warisan terbesar Ockham adalah gagasannya tentang kebebasan kehendak manusia. Ia menekankan bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang tidak sepenuhnya ditentukan oleh akal atau tatanan ilahi. Pandangan ini bertolak belakang dengan pendapat banyak teolog skolastik yang melihat kehendak manusia sebagai tunduk sepenuhnya pada akal budi dan tatanan moral Tuhan.

Dengan memberi tempat yang lebih besar pada pengalaman individu, Ockham secara tidak langsung memulai pergeseran besar dalam pemikiran Barat menuju subjektivitas dan otonomi pribadi. Ia memperkenalkan semangat yang mendorong manusia untuk berpikir sendiri, mengandalkan pengalaman, dan tidak semata-mata menerima otoritas tradisional sebagai kebenaran mutlak.

Dalam hal ini, Ockham menjadi pionir yang membuka jalan bagi pemikir besar lain seperti Martin Luther, René Descartes, dan Immanuel Kant, yang masing-masing meletakkan fondasi bagi reformasi keagamaan, filsafat modern, dan rasionalisme.

Dari Abad Pertengahan Menuju Zaman Modern

Meskipun hidupnya berakhir dalam keterasingan sekitar tahun 1347, pemikiran William of Ockham tetap hidup dan terus menginspirasi generasi berikutnya. Ia berhasil membawa filsafat keluar dari dominasi mutlak teologi dan memperkenalkan pendekatan baru yang lebih kritis, rasional, dan empiris.

Warisan Ockham terlihat jelas dalam lahirnya ilmu pengetahuan modern, yang berakar pada prinsip ekonomi penjelasan, observasi langsung, dan keraguan metodologis. Bahkan hingga hari ini, prinsip Ockham’s Razor masih digunakan dalam ilmu logika, sains, dan teknologi untuk menyaring teori yang paling efisien dan masuk akal.

Lebih dari sekadar pemikir logika, William of Ockham adalah ikon peralihan zaman, seorang reformator sunyi dari balik dinding biara yang menyalakan obor pertama menuju pencerahan intelektual Barat.