William of Ockham: Biara, Logika, dan Awal Revolusi Pemikiran Barat

- Cuplikan layar
Prinsip ini menjadi senjata ampuh dalam mengkritik berbagai argumen skolastik yang kompleks dan terlalu mengandalkan spekulasi metafisik. Ockham menolak adanya realitas universal di luar pikiran manusia, dan ia menganut pandangan nominalisme, yakni keyakinan bahwa konsep universal hanyalah nama (nomina) yang kita berikan kepada kumpulan objek individu.
Melalui pendekatan ini, Ockham menantang keyakinan lama bahwa akal manusia dapat mencapai pengetahuan pasti tentang Tuhan dan realitas spiritual melalui logika semata. Ia memisahkan dengan tegas antara apa yang bisa diketahui oleh akal dan apa yang harus diterima melalui wahyu dan iman. Dalam pandangannya, hanya pengalaman langsung dan observasi yang dapat menjadi dasar pengetahuan rasional.
Benturan dengan Gereja
Pemikiran Ockham yang berani dan kritis tidak lepas dari kontroversi. Ia pernah dituduh menyebarkan ajaran sesat oleh otoritas Gereja, terutama karena ia mempertanyakan otoritas kepausan dalam ranah kekuasaan duniawi. Perselisihan ini membuatnya harus meninggalkan biara dan hidup dalam pengasingan.
Pada tahun 1324, Ockham dipanggil ke Avignon, pusat kepausan saat itu, untuk mempertanggungjawabkan ajaran-ajarannya. Ia ditahan dan dilarang mengajar. Namun, setelah melarikan diri pada tahun 1328, ia menemukan perlindungan di istana Louis IV dari Bavaria, seorang kaisar Romawi Suci yang saat itu juga sedang berselisih dengan Paus.
Dalam pengasingan, Ockham menulis berbagai karya penting yang mengkritik keras otoritas paus dan menegaskan bahwa Gereja tidak boleh mengendalikan kekuasaan sipil. Ia bahkan menyatakan bahwa Paus bisa keliru dan bahwa umat Kristen tidak memiliki kewajiban untuk mematuhinya jika sang Paus menyimpang dari ajaran Injil.
Akar Individualisme dan Kebebasan Berpikir