Mengapa Aristoteles Menganggap Kebahagiaan Sejati Hanya Bisa Dicapai dengan Kehidupan Bermoral?

Aristoteles di Tengah Murid-muridnya (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Kebajikan sebagai Dasar Kebahagiaan Sejati

Kunci dari kehidupan bermoral adalah kebajikan. Bagi Aristoteles, kebajikan bukanlah sesuatu yang lahir secara alami, tetapi harus dipelajari dan dipraktikkan terus-menerus. Kebajikan adalah perilaku yang baik yang menjadi bagian dari karakter seseorang setelah dilatih secara konsisten.

Aristoteles membagi kebajikan menjadi dua jenis: kebajikan moral dan kebajikan intelektual. Kebajikan moral mencakup hal-hal seperti keberanian, keadilan, kesederhanaan, dan kedermawanan, sementara kebajikan intelektual berhubungan dengan pemikiran rasional dan kebijaksanaan. Kedua jenis kebajikan ini saling melengkapi dan harus dikembangkan secara bersamaan untuk mencapai Eudaimonia.

Proses Mencapai Kebahagiaan: Bukan Tujuan Akhir, tetapi Perjalanan

Salah satu gagasan penting dalam pemikiran Aristoteles adalah bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tujuan akhir yang bisa dicapai dan kemudian selesai. Eudaimonia adalah proses yang terus berlangsung sepanjang hidup seseorang. Kebahagiaan sejati adalah hasil dari keputusan dan tindakan sehari-hari yang mengarah pada pengembangan kebajikan dan kehidupan yang bermoral.

Aristoteles mengajarkan bahwa kehidupan yang baik memerlukan keseimbangan. Seseorang tidak boleh berlebihan dalam mengejar kesenangan atau kekayaan, tetapi juga tidak boleh mengabaikan aspek-aspek penting lain dari kehidupan, seperti hubungan sosial, kesehatan, dan pembelajaran. Ia menyebut prinsip ini sebagai "jalan tengah" atau moderasi, di mana seseorang harus menemukan keseimbangan yang tepat dalam setiap aspek kehidupan.

Kebahagiaan dan Komunitas