HUT Jakarta: Asal Usul Nama Tempat di Jakarta "Jakarte Punye Cerite" (Bagian 1)

Pemukiman penduduk di Menteng sekitar tahun 1971
Sumber :
  • Oleh Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=8572307

Jakarta, WISATA -  Jika Anda berjalan-jalan di ibu kota Jakarta, ada banyak tempat di DKI Jakarta yang memiliki sejarah nama yang menarik untuk dikulik.

Ada yang berasal dari nama buah, tanaman, nama orang atau dari sebuah peristiwa yang pernah terjadi di tempat itu.

Mau tahu? Yuk ikuti  "Jakarte Punye Cerite". Kali ini, tentang asal usul nama tempat di DKI Jakarta yang dirangkum dari beberapa sumber.

1. Sunda Kelapa.                                                 

Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan di Teluk Jakarta. Nama Kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires, seorang penulis dan bendahara berkebangsaan Portugis, yang berjudul Suma Oriental (1511). Buku tersebut memberikan banyak informasi berharga mengenai keadaan Nusantara pada abad ke-16. Dalam buku itu disebutkan bahwa nama pelabuhan itu adalah Kelapa, karena banyak pohon kelapa yang tumbuh di tempat tersebut. Karena wilayah pelabuhan Kelapa - pada waktu itu - berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda, maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.

2. Menteng.

Kawasan Menteng di Jakarta Pusat, pada jaman dahulu kala merupakan hutan yang banyak ditumbuhi pohon buah-buahan. Karena banyaknya pohon buah Menteng yang tumbuh di sana, maka orang-orang menyebut tempat tersebut Kampung Menteng. Kampung Menteng ini kemudian dibeli oleh pemerintah Hinda Belanda dan dibangun perumahan vila pertama di Batavia (Jakarta). Perancangnya adalah tim arsitek dari Belanda yang dipimpin oleh P.A.J. Mooijen. Kawasan perumahannya disebut Menteng.

3. Jalan Jaksa.

Jalan yang berada di daerah Jakarta Pusat ini, kini menjadi pusatnya orang asing yang tinggal di Jakarta. Ternyata dahulu di zaman kolonial Belanda, kawasan ini menjadi tempat menetapnya para mahasiswa Rechts Hogeschool Batavia (Akademi Hukum Jakarta) yang sedang menuntut ilmu hukum di Batavia. Karena itulah, jalan ini dikenal sebagai jalan Jaksa.

4. Matraman.

Dahulu kala, kawasan ini menjadi home basenya pasukan Sultan Agung dari kerajaan Mataram yang melakukan serangan melawan penjajah Belanda di Batavia. Tempat ini kemudian dikenal dengan sebutan Mataraman dan lama-kelamaan berubah menjadi Matraman.

5. Karet Tengsin.

Nama ini berasal dari nama seorang Tionghoa, Tan Teng Sien, pemilik perkebunan karet di wilayah ini. Karena baik hati dan banyak memberi bantuan pada masyarakat, maka Teng Sien cepat dikenal dan kawasan tempat dia tinggal, disebut Karet Tengsin.

6. Kuningan.

Sejarah nama Kuningan di Jakarta Selatan ini, tidak lepas dari peran Dipati Ewangga, panglima pasukan tentara Kuningan yang membantu Fatahillah menaklukkan tentara Portugis. Pasukan tentara Kuningan kemudian menetap di salah satu wilayah di Jayakarta, yang kemudian dikenal dengan sebutan Kuningan.

7. Warung Buncit.

Sebutan untuk wilayah ini, diyakini berasal dari nama seorang Tionghoa bernama Tan Boen Tjit. Pada jaman kolonial Belanda, orang-orang Tionghoa bermarga Tan memiliki posisi dan usaha yang besar serta memiliki lahan yang luas. Tan Boen Tjit termasuk salah satunya. Dia memiliki usaha toko kelontong yang maju pesat.

8. Bangka.

Nama ini, sejarahnya terkait dengan peristiwa di Batavia. Pada waktu itu sering dibuang mayat-mayat korban kerja rodi dan kerja paksa ke kali Krukut sehingga berbau busuk seperti bangkai. Orang-orang kemudian menyebut kawasan di situ dengan sebutan Bangka.

9. Cilandak.

Konon dahulu, di tempat ini pernah ditemukan seekor landak yang memiliki ukuran tubuh besar.

10. Tegal Parang.

Nama ini terkait dengan peristiwa dimana pasukan kerajaan Mataram yang menyerang Batavia di tahun 1628 menemukan tegal - yang dalam bahasa Jawa artinya lahan luas - yang banyak ditumbuhi pohon alang-alang. Oleh pasukan Mataram, alang-alang tersebut dibabat atau dibersihkan dengan menggunakan parang. Jadilah nama Tegal Parang untuk kawasan tersebut.

11. Blok A / M / S.

Dulunya, kawasan ini merupakan komplek perumahan baru di Jakarta yang dimulai dengan huruf A hingga S. Namun dalam perkembangannya, hanya 3 blok saja yang masih tersisa yaitu blok A, blok M dan blok S.

12. Pasar Rumput.

Dahulu, Pasar Rumput menjadi tempat orang- orang pribumi berdagang rumput untuk pakan kuda. Pada zaman itu, transportasi masih menggunakan tenaga kuda.

13.  Kalimalang.

Kawasan ini dilalui oleh aliran sungai kecil atau kali yang melintang, yang dalam bahasa daerah disebut dengan istilah malang. Oleh sebab itu. kawasan di sepanjang kali disebut Kalimalang.

14. Lebak Bulus.

Diyakini bahwa dahulu tempat ini merupakan lembah atau lebak yang berlumpur, yang dihuni banyak kura-kura atau bulus.

15. Boplo.

Lokasi kawasan di belakang stasiun Gondangdia, Menteng ini, merupakan lahan milik perusahaan pengembang pada awal abad ke-20, yang membangun daerah Menteng dan Gondangdia sebagai kawasan permukiman yang baru di Batavia. Nama perusahaannya NV De Bouwploeg namun karena lidah orang pribumi sulit mengucapkannya, akhirnya menjadi Boplo.

(BERSAMBUNG)