Ketika Seorang Mahasiswa Punya Firasat tentang Lingkaran Batu, Ternyata Ada Situs Ritual Berusia 3.700 Tahun di Bawahnya

- Instagram/papabearexplores
Malang, WISATA – Suatu hari batu upacara yang berdiri setinggi enam kaki di hutan Derbyshire membuat seorang penggemar arkeologi mencari lebih banyak lagi. Seorang mahasiswa berusia 24 tahun, George Bird menemukan beberapa batu, dengan bantuan para ahli. Dengan mengikuti firasat Bird bahwa masih ada lagi yang bisa ditemukan di area tersebut, tim arkeolog baru-baru ini menemukan situs ritual berusia 3.700 tahun.
Batu berdiri Farley Moor yang sebelumnya dikenal di Farley Wood telah lama diyakini oleh banyak orang sebagai monumen tunggal. Namun, bagi Bird ia tidak begitu yakin. Dan ternyata, penggalian oleh Forestry England bekerja sama dengan program televisi Time Team membuktikan bahwa Bird benar.
"Saya kira seiring berjalannya waktu, saya mulai bertanya-tanya apakah mungkin ada hal lain di balik batu berdiri ini di hutan lokal saya," kata Bird kepada sebuah stasiun berita. "Saya mencoba mengirimkan laporan yang cukup terdokumentasi tentang apa yang saya temukan di area tersebut."
Hal itu cukup untuk menarik perhatian tim arkeologi di Forestry England dan Time Team. Penggalian mereka menemukan bukti bahwa batu ini pernah berada di sebelah panggung upacara, yang sengaja ditempatkan di atas mata air alami. Analisis tim terhadap situs tersebut kemudian mengidentifikasi bahwa lima batu di dekatnya kemungkinan pernah berdiri di sana, membentuk batu oval yang berukuran sekitar 82 kaki kali 75 kaki. Melalui proses penanggalan karbon, tim arkeologi menempatkan seluruh situs tersebut pada tahun 1.700 SM.
"Apa yang kami temukan adalah bukti lanskap seremonial yang jauh lebih kompleks, yang merupakan bagian dari batu berdiri asli," kata Lawrence Shaw, penasihat lingkungan bersejarah utama Forestry England. "Platform batu itu ada sebelum batu berdiri itu sendiri, yang menunjukkan penggunaan ritual berkelanjutan di situs ini selama ratusan tahun, yang sangat terkait dengan air dan pentingnya air bagi masyarakat Zaman Perunggu."
Mata air alami tempat panggung upacara ini dulu berdiri mengalirkan air ke Bentley Brook, yang akhirnya mengalir ke Sungai Derwent. Di mata tim arkeologi, hal ini semakin menegaskan pentingnya air bagi kehidupan dan upacara Zaman Perunggu.
Skala aktivitas yang mungkin terjadi di lanskap itu menyoroti dampak kehidupan ritual Zaman Perunggu di luar situs-situs utama seperti Stonehenge. Projek ini juga menunjukkan nilai penyelidikan situs-situs yang telah tersembunyi di hutan-hutan negara selama beberapa dekade terakhir dan menyiratkan kekayaan arkeologi yang masih menunggu untuk dieksplorasi.