Era Baru Spionase Siber: Peran Peretas China dalam Pelanggaran Data Global

Hacker (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Era digital telah membawa akses yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap informasi, tetapi juga menciptakan kerentanan baru yang dieksploitasi secara global. Di antara pemain yang paling aktif di bidang ini adalah kelompok peretas China, yang keterlibatannya dalam beberapa pelanggaran data terbesar di dunia telah menimbulkan alarm di berbagai industri dan pemerintah. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana peretas China memainkan peran penting dalam spionase siber modern dan dampak signifikan yang mereka timbulkan pada keamanan data global.

Latar Belakang Sejarah Spionase Siber China

Spionase siber bukanlah fenomena baru, tetapi ruang lingkupnya telah berkembang secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Sejak awal 2000-an, kelompok peretas China telah berada di garis depan tren ini, menargetkan segala hal mulai dari lembaga pemerintah hingga perusahaan swasta. Salah satu contoh awal spionase siber China adalah serangan Titan Rain pada tahun 2003, di mana peretas China menyusup ke kontraktor pertahanan AS dan sistem pemerintah, mencuri data sensitif selama beberapa tahun.

APT1, sebuah kelompok yang terkait dengan militer China, dituduh berada di balik serangan ini. Menurut laporan dari perusahaan keamanan siber Mandiant, APT1 bertanggung jawab atas pencurian ratusan terabyte data dari setidaknya 141 organisasi di 20 industri besar.

Lanskap Modern Pelanggaran Data

Dalam dunia yang sangat terhubung saat ini, data telah menjadi salah satu sumber daya yang paling berharga, dan peretas China telah menyesuaikan taktik mereka sesuai dengan itu. Pelanggaran data kini menjadi target utama, dengan kelompok peretas menyusup ke jaringan untuk mencuri sejumlah besar informasi pribadi, finansial, dan korporat.

Pada tahun 2015, peretas China disalahkan atas pelanggaran Office of Personnel Management (OPM), yang mengungkapkan data pribadi lebih dari 21 juta pegawai federal AS, termasuk informasi pemeriksaan latar belakang yang sensitif. Serangan ini dipandang sebagai upaya strategis oleh China untuk mengumpulkan intelijen tentang personel pemerintah AS, termasuk mereka yang memiliki izin keamanan.