Pasca Serangan terhadap PDN: Bagaimana Keamanan Data di Indonesia, Mana yang Mendesak Dibenahi

Brain Cipher Ransomware
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA – Beberapa waktu lalu, Indonesia dikejutkan dengan serangan ransomware Brain Cipher yang berhasil menembus Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya. Serangan siber ini menyoroti betapa rentannya infrastruktur digital kita terhadap ancaman dunia maya. Bagaimana sebenarnya tingkat keamanan data di Indonesia? Apa saja yang mendesak untuk dibenahi?

Tingkat Keamanan Data di Indonesia

Menurut laporan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serangan siber di Indonesia meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023 saja, terdapat lebih dari 1,5 juta insiden siber yang terdeteksi, meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya. Serangan-serangan ini tidak hanya menyasar sektor swasta, tetapi juga sektor publik yang mengelola data sensitif masyarakat.

BSSN juga melaporkan bahwa jenis serangan siber yang paling sering terjadi adalah phishing, ransomware, dan Distributed Denial of Service (DDoS). Khusus untuk ransomware, serangan Brain Cipher yang menyerang PDNS 2 merupakan varian terbaru dari Lockbit 3.0, yang sebelumnya juga pernah menyerang sejumlah organisasi besar di berbagai negara.

Dampak Serangan Ransomware Brain Cipher

Serangan terhadap PDNS 2 berdampak besar terhadap layanan publik. Sebanyak 282 tenant yang terdiri dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintahan terkena dampaknya. Beberapa layanan publik yang terdampak termasuk layanan keimigrasian, perizinan event Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), serta layanan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Menurut Nezar Patria, Deputi Menteri Komunikasi dan Informatika, tim pemulihan telah bekerja intensif 24 jam untuk memulihkan layanan yang terganggu. Hingga saat ini, beberapa layanan penting seperti layanan imigrasi dan perizinan event Kemenkomarves sudah berangsur pulih.