Ragusa, Bisnis Es Krim Italia yang Tetap Digemari Nyaris 100 Tahun.

Ragusa es krim legendaris khas Italia.
Sumber :
  • dok.pribadi

 

Ancaman Kehilangan Aset Berharga: PSSI Hadapi Aktivitas Transfer Manchester City

Jakarta, WISATA - Tidak mudah mengelola sebuah bisnis kuliner hingga melampaui masa lebih dari 9 dekade atau hampir 100 tahun lamanya. Apalagi, bila kuliner tersebut tetap digemari oleh masyarakat hingga kini. Hampir 100 tahun bukanlah waktu yang singkat, tetapi sebuah rentang waktu yang sangat panjang. Dan tidak banyak pengusaha yang memiliki kemampuan menjaga kualitas produknya serta bisa mengembangkan usahanya tanpa berutang kepada bank. Namun di tangan Yo Boen Kong (Buntoro Kurniawan) dan istrinya Sias Mawarni, semua itu mampu mereka wujudkan.

 

Prakiraan Cuaca Kota Makassar Sulawesi Selatan, Tanggal 4 Juli 2024

Hj. Sias Mawarni, pemilik kafe Ragusa

Photo :
  • Instagram@ragusa.jkt

 

Prakiraan Cuaca Banyuwangi Jawa Timur, Tanggal 4 Juli 2024

Bisnis Ragusa, es krim Italia ini, bermula pada tahun 1930, ketika 2 orang bersaudara warga negara Italia bernama Luigi Ragusa dan Vincenzo Ragusa datang ke Batavia, untuk belajar menjahit. Saat itu, setelah selesai kursus menjahit, mereka berkunjung ke Bandung. Di sana mereka bertemu dengan seorang wanita Eropa yang memiliki peternakan sapi. Luigi dan Vincenzo pun diberi susu sapi segar selama di Bandung.

Segarnya susu sapi ini, menginspirasi Ragusa bersaudara untuk mengolahnya menjadi es krim khas Italia. Dengan resep yang mereka ketahui, dibikinlah es krim dari olahan susu sapi segar, dan ternyata….hasilnya sangat lembut dan memiliki cita rasa khas Italia.

 

Spaghetti Ice Cream

Photo :
  • instagram @ragusa.jkt

 

Es krim Ragusa pun mendapat respon yang sangat positif dari orang-orang yang mencicipi es krim buatan Ragusa bersaudara itu. Mulailah ide untuk berjualan es krim muncul. Pada awalnya, mereka mendirikan toko es krim pertamanya di Bandung, di jalan Pos (kini menjadi jalan Naripan – red.). Dibantu 3 saudara laki-laki lainnya, Ragusa bersaudara  mulai melayani para pembeli yang datang ke toko.

Dua tahun berselang, Ragusa bersaudara pindah ke Jakarta yaitu pada tahun 1932,  dan membuka usaha es krimnya di Pasar Gambir (lokasi Monas saat ini) saat digelar pasar malam selama satu bulan.

Tahun 1947, Ragusa bersaudara mendirikan kafe di Citadelweg (kini jalan Veteran I Nomor 10) di Gambir, Jakarta Pusat.

Dalam pengelolaannya, Ragusa bersaudara mengajak teman kursus jahitnya yang bernama Yo Giok Siang. Lima bersaudara Ragusa dan Yo Giok Siang, menjalankan bisnis es krim hingga tahun 1972, hubungan kekeluargaan semakin terjalin kuat dengan dinikahkannya anak perempuan Yo Giok Siang yang bernama Liliana dengan salah seorang dari lima bersaudara Ragusa yang bernama Francesco Ragusa.

Bisnis es krim Ragusa banyak diminati orang-orang asing yang tinggal di Jakarta. Namun selama kurun waktu tahun 1965-1972, penjualan es krim Ragusa mulai menurun karena kondisi politik di Indonesia kurang kondusif pada sekitar tahun 1965-an.

Banyak orang asing yang meninggalkan Indonesia termasuk Ragusa bersaudara. Pada tahun 1972, mereka memutuskan untuk kembali ke negara asalnya Italia. Akhirnya usaha es krim Ragusa, dihibahkan kepada adik Liliana yang bernama Yo Boen Kong (Buntoro Kurniawan) dan istrinya, Sias MawarniLiliana sendiri ikut bersama suaminya pindah ke Italia. Yo Boen Kong merupakan karyawan kafe Ragusa, yang bertugas membuat adonan es krim.

Sejak tahun 1972, Yo Boen Kong dibantu istrinya bekerja keras membangkitkan kembali usaha es krim Ragusa yang mulai meredup. Sedikit demi sedikit, kerja keras mereka membuahkan hasil. Es krim Ragusa kembali mengalami masa-masa kejayaan, hingga tahun 1998 mereka berhasil mengembangkan bisnis es krimnya dan memiliki 20 cabang yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta.

Kunci utama es krim Ragusa agar tetap disuka, adalah penggunaan bahan utama susu sapi segar dan tetap menjaga cita rasanya, seperti yang dibuat oleh Ragusa bersaudara sejak awal.

 

Banana split ice cream Ragusa

Photo :
  • Instagram@ragusa.jkt

 

Pernah suatu ketika, mereka tidak lagi mendapatkan pasokan susu sapi segar karena peternakan yang biasa memasok susu tutup permanen, mereka pun mencoba memakai susu murni cair dalam kemasan, dan ternyata es krim, yang dihasilkan tidak bagus.

Sias Mawarni dan suami, akhirnya mengimpor susu sapi bubuk dari Australia yang kualitasnya sama dengan susu sapi segar. Hingga kini mereka menggunakan susu dari Australia.

 

Es krim Ragusa tidak menawarkan banyak varian rasa, namun cita rasa es krim khas Italia tempo dulu, tetap terjaga selama bertahun- tahun sehingga menjadi kenangan tersendiri buat pelanggannya yang sudah puluhan tahun.

 

Tutti Frutti ice cream Ragusa

Photo :
  • Instagram@ragusa.jkt

 

Menurut penuturan Sias Mawarni, dulu Presiden RI, B.J Habibie sering membeli es krim Ragusa di kafenya di jalan Veteran. Namun ketika diangkat menjadi Presiden, Habibie tidak pernah lagi datang ke kafenya. Hanya kadang kala jika kepengenHabibie pesan es krim lewat ajudannya.

Menurut Sias, ia dan suaminya tidak pernah  meminjam modal dari bank untuk membuka cabang. Omset dari kafe-kafe yang ada, mereka kumpulkan untuk membangun kafe yang baru. Pada waktu itu keuntungan yang diraup dari satu kafe, bisa mencapai Rp50 juta, sebuah prestasi yang luar biasa.

Dari keuntungan tersebut, Sias tidak lupa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menolong orang. Sias dan suaminya memang dikenal banyak menolong orang di sekitarnya, terutama keluarga karyawannyaSias pun memiliki banyak anak asuh.

Sias yang mahir berbahasa Mandarin, memberi kursus gratis bahasa Mandarin kepada anak-anak karyawannya yang tertarik belajar bahasa Mandarin. Sias juga piawai dalam menari, dia mengajarkan tari kepada anak-anak jalanan dan anak karyawannya secara cuma-cuma.

 

Prinsip hidup Sias Mawarni dan suaminya adalah, terus berbuat kebaikan kepada sesama. Sebagaimana mereka dulu banyak ditolong Ragusa bersaudara, sehingga kini saatnya mereka banyak mengulurkan tangan untuk orang lain. Mereka memperlakukan semua karyawannya seperti keluarga sendiri. Ini yang membuat para karyawannya loyal dan betah bekerja di Ragusa.

Tahun 1998, merupakan ujian terberat Sias dan suaminya. Kekacauan terjadi dalam masyarakat waktu itu akibat euforia reformasi yang berlebihan, sehingga terjadi penjarahan dan pembakaran tempat usaha dan rumah tinggal milik etnis Tionghoa.

Kafe Ragusa tidak luput dari musibah tersebut. Hanya tersisa 4 kafe yang selamat dari amukan massa. Sebuah pukulan yang sangat berat. Dengan  4  kafe yang tersisa, Sias Mawarni berusaha menjalankan kembali bisnis es krimnya bersama suaminya.

Keyakinan Sias Mawarni pada perbuatan baik akan berbalas dengan kebaikan, membuat mereka bisa bertahan hingga saat ini.

Namun ujian kembali dialami Sias dan suaminya, imbas dari pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan perekonomian dunia dalam kurun waktu tahun 2020- 2022, membuat Sias harus menutup semua cabangnya. Kini, tinggal 1 kafe yang masih bertahan, yaitu kafe di jalan Veteran I nomor 10 di Gambir, Jakarta Pusat.

Itulah, perjalanan panjang sebuah bisnis es krim legendaris khas Italia di Jakarta yang berhasil menorehkan kenangan bagi pelanggan-pelanggan setianya, dan tetap disuka oleh pencinta es krim zaman sekarang