Sam Poo Kong: Jejak Laksamana Cheng Ho di Tengah Kota Semarang
- viva.co.id/Teguh Joko Sutrisno
Semarang, WISATA – Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern Kota Semarang, berdiri megah sebuah kompleks klenteng dengan warna merah mencolok, atap melengkung khas arsitektur Tionghoa, dan suasana spiritual yang kental. Tempat itu adalah Klenteng Sam Poo Kong, sebuah simbol toleransi, sejarah, dan warisan budaya yang menyatukan unsur Tionghoa, Jawa, dan Islam dalam satu kawasan yang damai dan memikat.
Laksamana Cheng Ho dan Awal Mula Sam Poo Kong
Sejarah Sam Poo Kong tidak bisa dilepaskan dari nama besar Laksamana Cheng Ho, seorang pelaut dan penjelajah Muslim asal Tiongkok dari Dinasti Ming yang memimpin ekspedisi besar ke Asia Tenggara dan Asia Selatan pada abad ke-15.
Dalam pelayarannya yang ketiga sekitar tahun 1405, Cheng Ho singgah di wilayah yang kini dikenal sebagai Semarang karena salah satu anak buah kapalnya sakit. Ia memutuskan menetap sementara di sebuah gua batu yang kemudian dijadikan tempat sembahyang dan pengobatan. Dari sinilah cikal bakal berdirinya Sam Poo Kong.
Cheng Ho dan anak buahnya dipercaya telah berinteraksi dengan masyarakat lokal dan bahkan menyebarkan ajaran Islam secara damai. Walau Cheng Ho tidak lama tinggal, jejak dan pengaruhnya begitu kuat hingga dihormati sebagai tokoh lintas budaya.
Kompleks Sam Poo Kong: Perpaduan Arsitektur dan Nilai Toleransi