Mengenal Kampung Enggros: Harmoni Budaya dan Alam di Atas Air Teluk Youtefa
- IG/tissw
Jayapura, WISATA – Kampung Enggros terletak di dalam Taman Wisata Alam (TWA) Teluk Youtefa, kampung ini bukan sekadar destinasi wisata, melainkan juga kisah hidup masyarakat adat yang berpadu dengan keindahan alam Papua.
Dikelilingi perairan jernih dan hutan mangrove yang hijau, Kampung Enggros (atau Injros) adalah salah satu dari tiga kampung adat (bersama Tobati dan Nafri) yang mendiami Teluk Youtefa. Sejak ditetapkan sebagai taman wisata alam pada 1978. Kawasan seluas 1.650 hektar ini menjadi rumah bagi ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang yang memesona .
Kampung Enggros dibangun di atas perairan Teluk Youtefa, dengan rumah-rumah panggung tradisional yang mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap lingkungan pesisir. Menurut penelitian, pola permukiman ini telah berkembang dari tradisional ke modern, namun tetap mempertahankan nilai kearifan lokal .
Salah satu tradisi paling menarik adalah hutan perempuan, yakni sebuah kawasan mangrove yang hanya boleh dimasuki oleh perempuan suku Enggros. Di sini, para mama-mama mencari kerang, kepiting, dan udang untuk kebutuhan sehari-hari. Kawasan ini juga menjadi simbol pembagian peran gender dalam budaya mereka .
Keberadaan Jembatan Youtefa yang merupakan landmark ikonik Jayapura telah membuka akses lebih mudah ke kampung ini. Dari atas jembatan, pengunjung bisa menikmati panorama Teluk Youtefa yang memukau, dengan perpaduan birunya air dan hijaunya hutan bakau .
Hutan Mangrove Teluk Youtefa memiliki 233 hektar hutan mangrove yang menjadi habitat berbagai satwa laut, seperti ikan, kerang, dan kepiting . Dua sungai Kali Acai dan Kali Entrop yang mengalir ke teluk ini menambah keindahan alam sekitarnya . Beberapa bagian kawasan ini dihiasi perbukitan dan hutan sagu yang menjadi sumber pangan masyarakat .
Meski indah, Kampung Enggros menghadapi sejumlah tantangan seperti degradasi lingkungan (Luas hutan mangrove berkurang dari 392,45 ha (1994) menjadi 233,12 ha (2017) akibat alih fungsi lahan), Sampah plastik dan logam berat mengancam ekosistem perairan, selain itu kampung ini membutuhkan dukungan investor untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan .