Terjun ke Budaya Lokal: Mengapa Cultural Immersion Jadi Tren Wajib 2025?
- travaindonesia.com
Meskipun menjanjikan, tren ini juga memiliki tantangan. Salah satunya adalah menjaga keseimbangan antara menawarkan pengalaman kepada wisatawan tanpa mengeksploitasi budaya lokal. Ada kekhawatiran bahwa jika tidak dikelola dengan baik, cultural immersion bisa berubah menjadi pertunjukan buatan yang kehilangan keaslian.
"Edukasi kepada wisatawan dan pelaku lokal sangat penting. Kunci utamanya adalah rasa saling menghormati dan otentisitas," tambah Rina Kusuma.
Selain itu, faktor bahasa, perbedaan adat, dan kesiapan infrastruktur juga menjadi tantangan yang harus diantisipasi dalam pengembangan program cultural immersion.
Melihat Masa Depan: Cultural Immersion Bukan Lagi Pilihan, Tapi Kebutuhan
Seiring berkembangnya dunia pariwisata pasca-pandemi, wisatawan mencari sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar liburan singkat. Mereka mencari keterhubungan, makna, dan pengalaman transformatif. Di sinilah cultural immersion menemukan relevansinya.
Konsultan pariwisata global, Thomas Eldridge, dalam laporan "Future Travel Trends 2025", menyebutkan bahwa perjalanan berbasis budaya akan menjadi standar baru dalam industri pariwisata.
"Dalam lima tahun ke depan, konsep perjalanan akan bergeser dari 'berwisata' menjadi 'menjadi bagian'. Wisatawan akan menginginkan pengalaman di mana mereka bukan hanya melihat budaya, tapi hidup di dalamnya," ungkap Eldridge.