Solo Safari: Yuk Kenalan dengan 3 Bayi Harimau Benggala Simbol Konservasi yang Namanya Penuh Filosofi
- IG/solosafari.id
Solo, WISATA – Solo Safari salah satu destinasi wisata konservasi di Solo, kini memiliki penghuni baru yang menarik perhatian yakni tiga bayi harimau Benggala (Panthera tigris). Bayi-bayi ini lahir pada 29 Desember 2024 dari pasangan harimau Benggala jantan bernama Rendy dan betina bernama Rasna. Wali Kota Solo, Respati Ardi, memberikan nama kepada ketiga bayi harimau tersebut: Bantolo, Tirto, dan Maruto.
Nama-nama bayi harimau ini memiliki filosofi Jawa yang mendalam—Bantolo berarti tanah, Tirto berarti air, dan Maruto berarti angin. Filosofi ini mencerminkan harapan agar Solo Safari menjadi simbol pariwisata yang mendukung kesejahteraan masyarakat dan kelestarian satwa. Kehadiran mereka juga menjadi simbol penting dalam upaya konservasi satwa langka.
Untuk menyambut kehadiran bayi harimau ini, Solo Safari mengadakan sesi menyusui bayi harimau pada pukul 10.00 WIB dan sesi edukasi pada pukul 14.00 WIB di Exhibite Benggala selama periode libur Lebaran, 1-6 April 2025. Pengunjung dapat melihat langsung tingkah lucu dan menggemaskan Bantolo, Tirto, dan Maruto, sambil belajar tentang pentingnya konservasi harimau Benggala.
Kelahiran tiga bayi harimau ini menunjukkan keberhasilan Solo Safari dalam menjalankan fungsi konservasi. Harimau Benggala termasuk dalam kategori satwa langka, sehingga kelahiran mereka menjadi bukti nyata bahwa upaya konservasi dapat memberikan hasil positif. Selain itu, kehadiran mereka diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata Solo Safari dan mendukung perekonomian lokal.
Untuk diketahui, harimau Benggala ditetapkan sebagai satwa langka terancam punah karena berbagai faktor yang mengancam kelangsungan hidup mereka. Misalnya perusakan hutan untuk pertanian, urbanisasi, dan pembangunan infrastruktur telah mengurangi habitat alami harimau Benggala. Hal ini menyebabkan populasi mereka terfragmentasi dan sulit untuk berkembang biak secara alami.
Harimau Benggala juga sering menjadi target perburuan liar untuk diambil kulit, tulang, dan bagian tubuh lainnya yang memiliki nilai tinggi di pasar gelap. Menurut Convention on International Trade in Endangered Species (CITES), harimau Benggala termasuk dalam kategori Appendix I, yang berarti perdagangan internasional mereka dilarang. Namun, perdagangan ilegal tetap menjadi ancaman besar.
Upaya konservasi seperti perlindungan habitat, patroli anti-perburuan, dan program pemulihan populasi harimau telah dilakukan di berbagai negara, terutama di India, yang memiliki populasi harimau Benggala terbesar di dunia. Namun, tantangan besar masih ada untuk memastikan kelangsungan hidup spesies ini.