Wisata JOMO dan Stoikisme: Seni Menikmati Momen Tanpa Takut Ketinggalan
- Image Creator bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam era digital yang serba cepat, banyak orang merasa terjebak dalam ketakutan akan kehilangan momen atau Fear of Missing Out (FOMO). Media sosial membuat kita selalu ingin mengetahui apa yang sedang terjadi dan membandingkan diri dengan orang lain. Namun, tren baru yang disebut Joy of Missing Out (JOMO) menawarkan perspektif berbeda: kebahagiaan dalam menikmati momen tanpa tekanan untuk selalu terhubung. Tren ini semakin populer di dunia wisata, khususnya bagi mereka yang ingin melambat, menikmati alam, dan merasakan ketenangan batin.
JOMO bukan sekadar tren, tetapi juga sebuah filosofi yang sejalan dengan ajaran Stoikisme. Filosofi Stoikisme yang diajarkan oleh filsuf seperti Seneca dan Marcus Aurelius menekankan pentingnya hidup dalam momen saat ini, menerima keadaan dengan lapang dada, dan tidak tergantung pada validasi eksternal. Dalam konteks wisata, ini berarti menikmati perjalanan tanpa harus sibuk mengabadikan setiap momen demi eksistensi di media sosial.
Mengapa Wisata JOMO Menjadi Tren?
Wisata JOMO berfokus pada kesadaran penuh (mindfulness), ketenangan, dan kebahagiaan yang datang dari kesederhanaan. Banyak orang mulai menyadari bahwa liburan yang penuh dengan jadwal padat dan keharusan berbagi di media sosial sering kali justru menambah stres. Sebaliknya, wisata JOMO memungkinkan para pelancong untuk benar-benar menikmati suasana tanpa tekanan sosial.
Beberapa alasan mengapa wisata JOMO semakin populer:
1. Mengurangi Stres – Tanpa tekanan untuk selalu terhubung dengan dunia luar, seseorang dapat benar-benar rileks dan menikmati perjalanan.
2. Meningkatkan Kesadaran Penuh (Mindfulness) – Fokus pada apa yang sedang terjadi saat ini tanpa gangguan eksternal.