Ayo ! Jaga Kelestarian Budaya Baduy, Nikmati Wisatanya Jaga Kehidupan Lokal dan Alamnya

Perkampungan Baduy Luar
Sumber :
  • Tangkapan Layar

 

Desa Wisata Bukit Batu Bengkalis: Surga Pantai dan Budaya Melayu di Pulau Rupat

Jakarta, WISATA - Komunitas Baduy, yang terletak di Kabupaten Lebak, Banten, telah lama dikenal sebagai destinasi wisata budaya yang menarik perhatian banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Keunikan adat dan tradisi masyarakat Baduy yang masih sangat terjaga menjadikan tempat ini sebagai kawasan yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Namun, seiring dengan semakin tingginya arus wisatawan yang datang, muncul tantangan besar bagi keberlanjutan budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu, penting untuk mengelola pariwisata di kawasan ini dengan bijak agar tidak mengancam kelestarian budaya Baduy.

Seiring dengan perkembangan sektor pariwisata di Indonesia, Baduy menjadi salah satu tujuan utama wisata budaya yang kerap dikunjungi para wisatawan. Desa Baduy Dalam, dengan adat dan gaya hidupnya yang masih tradisional, menjadi daya tarik utama. Wisatawan yang datang dapat menyaksikan langsung bagaimana masyarakat Baduy hidup dalam keseharian tanpa mengandalkan teknologi modern, serta mengenal lebih dalam tentang sistem sosial dan kepercayaan mereka. 

Wayang Potehi di Kelenteng Tjoe Hwie Kiong: Warisan Budaya Tionghoa yang Tetap Hidup

Perkampungan Baduy Luar

Photo :
  • Tangkapan Layar

 

Wisata Budaya Murah, Bikin Liburan Makin Keren!

Namun, fenomena lonjakan jumlah wisatawan ini membawa dampak yang cukup besar bagi komunitas Baduy. Beberapa masalah yang muncul antara lain adalah pergeseran budaya yang terjadi akibat interaksi yang semakin intensif dengan dunia luar. Nilai-nilai tradisional yang telah bertahan selama berabad-abad mulai terpengaruh oleh modernitas yang dibawa oleh wisatawan. Selain itu, perubahan lingkungan dan dampak terhadap ekosistem lokal juga tidak bisa diabaikan. Kehadiran wisatawan yang terus meningkat dapat merusak keseimbangan alam yang telah terpelihara dengan baik oleh masyarakat Baduy.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian Pariwisata bersama beberapa peneliti dari Telkom University melakukan penelitian terkait pembatasan kapasitas pengunjung pariwisata di Baduy. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan sebuah model pembatasan pengunjung yang berkelanjutan guna memastikan bahwa kegiatan wisata yang ada tidak merusak nilai budaya dan lingkungan yang menjadi ciri khas kawasan Baduy. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tourism Carrying Capacity (TCC), yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimum jumlah wisatawan yang dapat diterima oleh kawasan tersebut tanpa merusak lingkungan atau budaya setempat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengaplikasikan dua metode utama, yaitu Tourism Carrying Capacity (TCC) dan System Dynamics (SD). Metode TCC digunakan untuk menentukan batas kapasitas pengunjung yang dapat diterima kawasan Baduy setiap tahunnya, sementara SD digunakan untuk mensimulasikan pembatasan jumlah pengunjung dalam periode sepuluh tahun.

Hasil dari simulasi yang dilakukan dengan menggunakan Model 3 menunjukkan bahwa dengan kebijakan pembatasan pengunjung yang bertahap, jumlah wisatawan yang datang ke Baduy dapat dikendalikan dengan baik. Model ini mengusulkan untuk melakukan penyesuaian harga tiket, perjanjian antara pengelola wisata dan operator tur, serta kesepakatan umpan balik antara pengelola dan pelaku bisnis lokal.

Simulasi dari Model 3 menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang diterapkan, jumlah pengunjung yang dibatasi sesuai dengan nilai kapasitas wisata yang telah ditentukan akan tercapai pada tahun ke-10, yaitu pada tahun 2030. Dalam model ini, jumlah pengunjung tahunan yang diizinkan untuk datang adalah sebanyak 16.406 orang, sedangkan kapasitas efektif yang dapat diterima oleh kawasan tersebut adalah 15.612 orang per tahun. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada pembatasan jumlah pengunjung, pendapatan tahunan yang diperoleh dari sektor pariwisata tetap dapat terjaga, memberikan stabilitas ekonomi bagi masyarakat lokal.

Selain itu, model ini juga menyarankan adanya kebijakan pembatasan pengunjung yang dilakukan secara bertahap setiap tahunnya. Hal ini memungkinkan pengelola dan komunitas untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dampak-dampak negatif yang mungkin timbul akibat tingginya kunjungan wisatawan.

Salah satu tujuan utama dari penerapan model pembatasan ini adalah untuk meningkatkan ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat Baduy. Dengan adanya stabilitas jumlah pengunjung, pendapatan dari sektor pariwisata dapat lebih terjamin dan merata. Masyarakat Baduy yang bergantung pada sektor pariwisata sebagai salah satu sumber penghidupan utama akan merasakan manfaat dari kebijakan ini.

Di samping itu, pembatasan jumlah pengunjung juga diharapkan dapat menjaga kelestarian lingkungan sekitar, yang menjadi bagian integral dari keberlanjutan budaya Baduy. Tanpa adanya pembatasan yang jelas, kawasan Baduy berisiko mengalami kerusakan ekologis yang dapat merusak keberlanjutan tempat ini sebagai tujuan wisata budaya.

Dalam rangka memastikan kelangsungan kebijakan ini, perlu adanya kolaborasi yang erat antara pengelola wisata, pemerintah daerah, operator tur, serta masyarakat lokal. Kesepakatan antara pihak-pihak tersebut sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang seimbang antara kepentingan pariwisata dan pelestarian budaya. Pengelola wisata juga perlu melakukan pendekatan yang lebih bijaksana terhadap wisatawan, memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga tradisi dan lingkungan sekitar.

Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan dapat memberikan dukungan melalui regulasi yang mendukung keberlanjutan pariwisata di kawasan Baduy, serta memberikan insentif bagi masyarakat yang terlibat langsung dalam pengelolaan wisata berbasis budaya dan lingkungan.

Dengan adanya model pembatasan pengunjung yang berkelanjutan ini, diharapkan kawasan Baduy dapat terus menjadi destinasi wisata yang menarik tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya dan lingkungan yang ada. Pembatasan jumlah pengunjung yang dilakukan secara bijaksana dan terencana dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Baduy, memastikan bahwa pariwisata dapat berkembang tanpa mengancam kelestarian budaya dan alam setempat.

Melalui kebijakan ini, diharapkan Baduy dapat tetap menjadi contoh bagaimana sebuah destinasi wisata dapat berjalan seiring dengan pelestarian budaya lokal dan lingkungan. Keberlanjutan dalam pariwisata adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian budaya yang harus dipertahankan bagi generasi yang akan datang.