MAGELANG: (Bagian-3) 4 Desa Wisata yang Harus Dikunjungi, Menikmati Kesejukan Alami Nan Segar
- jatengprov.go.id
Magelang, WISATA – Secara geografis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah terletak pada posisi 110001’51” dan 110026’58” BT dan antara 7019’13” dan 7042’16” LS.
Secara administratif, Kabupaten Magelang dibagi menjadi 21 kecamatan dan terdiri dari 372 desa/kelurahan.
Dikutip dari website resmi magelangkab.go.id, Kabupaten Magelang sebagai sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, terletak di antara beberapa kabupaten dan kota, yaitu:
• Sebelah Utara: KabupatenTemanggung dan Kabupaten Semarang
• Sebelah Timur: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali
• Sebelah Selatan: Kabupaten Purworejo dan Provinsi DIY
• Sebelah : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo
• dan di tengahnya, terdapat Kota Magelang
Kabupaten Magelang terdiri dari 21 Kecamatan, dengan luas 1.085,73 km2 atau sekitar 3,34 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Kajoran (83,41km2), sedangkan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Ngluwar (22,44 km2).
Sebelum kemerdekaan, kedudukan Pemerintah Kabupaten Magelang berada di ibu kota Kabupaten Magelang, yaitu Kota Magelang.
Mengacu pada UU No.22 Tahun 1948, ditegaskan bahwa ibu kota Kabupaten Magelang adalah Kota Magelang.
Dalam perkembangannya, Kota Mungkid diresmikan menjadi ibu kota Kabupaten Magelang pada tanggal 22 Maret 1984, oleh Gubernur Jawa Tengah, M Ismail, a/n. Menteri Dalam Negeri pada
Prasasti peresmian Kota Mungkid, berada di halaman Kantor Pemerintah Kab. Magelang.
Kantor bupati berada di Jalan Soekarno Hatta No.59, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang.
Setiap tahun, pada tanggal 22 Maret diperingati sebagai hari jadi Kota Mungkid.
Kabupaten Magelang memiliki beragam lokasi wisata yang sangat layak untuk dikunjungi.
Tak hanya wisata alam, Kabupaten Magelang juga mempunyai banyak Desa Wisata.
Selain untuk melepaskan penat dari rutinitas, Desa Wisata juga bisa bermanfaat sebagai wahana edukasi bagi anak-anak.
Kali ini, kami sajikan 4 Desa Wisata (Bagian-3) yang layak dikunjungi:
11. Desa Wisata Giritengah Borobudur
Desa Wisata Giritengah berada di ujung Selatan Kecamatan Borobudur, sekitar 5 km Barat Daya Candi Borobudur.
Banyak potensi yang dimiliki desa wisata ini.
Selain pemandangan alam yang memesona, pegunungan Menoreh juga tersaji sport sunrise nan eksotik.
Puncak Nganjir/Sukmojoyo di Dusun Onggosoro, Desa Giritengah juga memiliki keindahan pemandangan alam dengan jalur trekking yang sangat menantang dengan pemandangan pegunungan Menoreh serta melihat matahari terbit di balik Gunung Merapi.
Tepat di puncaknya, terdapat makam Kyai Sukmojoyo, pengasuh dari Pangeran Diponegoro.
Keindahan di puncak akan terasa bila di kunjungi pada saat matahari terbit atau saat matahari terbenam.
Untuk mencapai Puncak Nganjir, dapat ditempuh dengan kendaraan umum berupa angkutan pedesaan sampai Terminal Desa Giritengah, kemudian disambung dengan memakai ojek motor Wisata sampai Gunung Nganjir.
Daya tarik wisata lainnya, yaitu Puncak Pos Mati, yang berlokasi di Dusun Kalitengah.
Tempat ini merupakan Petilasan Pangeran Diponegoro yang konon sebagai tempat sementara pasukan Diponegoro dan merupakan pos pengintaian pasukan Belanda.
Itulah sebabnya tempat ini disebut Pos Mati.
Makam kuda Pangeran Diponegoro juga dapat dijumpai di sini.
Tempat ini ramai dikunjungi wisatawan terutama untuk melihat sunrise, Candi Borobudur juga tampak bagai miniatur dari bukit dengan ketinggian 600 mdpl ini.
Selain Pos Mati dan Puncak Sukmojoyo, Desa Giritengah masih memiliki beberapa sunrise spot, dimana dari semua tempat tersebut, pengunjung bisa melihat Candi Borobudur.
Puncak Limasan yang berada di Dusun Kamal adalah daya tarik lain dari Desa Giritengah.
Keindahan paronama alam, suasana alam yang indah saat matahari terbit dapat dinikmati di sni.
Di samping ada legenda dan mitos mengatakan, apabila wisatawan datang tanpa pemandu dari masyarakat lokal, mereka akan tersesat.
Daya tarik lainnya berupa Sendang Suroh, dimana dulunya Pangeran Diponegoro melakukan ritual dan doa sebelum menyusun strategi perang.
Di sini Pangeran Diponegoro membangkitkan semangat para muridnya yang waktu itu hampir putus asa dalam perjuangan melawan penjajah Belanda.
Berlokasi di dusun Gedangsambu di Desa Giritengah, yaitu berupa sendang (sumber mata air), dan hutan belantara, ada beberapa pohon yang sudah berumur ratusan tahun.
Setiap bulan Muharam, banyak dikunjungi para peziarah yang percaya, bila berdoa di tempat ini akan cepat dikabulkan keinginananya.
Setiap tahun di bulan Muharam pula, pemerintah desa juga mengadakan event tahunan yaitu festival Sendang Suruh untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro dan para sahabatnya.
Membasuh muka di Sendang ini, dipercaya akan menambah aura dan awet muda.
Terdapat pula Sendang Kali Oho yang berlokasi di Dusun Gedangsambu (Krinjing).
Tempat ini merupakan sendang/belik sebagai sumber mata air bagi penduduk setempat.
Ada cerita rakyat tentang sejarah Dusun Krinjing yang sekarang menjadi bagian dari Dusun Gedang Sambu, dahulu sebelum ada penduduk tinggal di wilayah Krinjing, ada seorang pengembara yang dikenal sebagai salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yaitu Den Ayu Samirah.
Sanggar Pemeleng di Dusun Onggosoro yang terletak di tengah permukiman penduduk yang dihuni sekitar 586 jiwa dengan 75% Pemeluk Pameleng (Kepercayaan Kejawen).
Setiap malam Jumat Pahing dilaksanakan ritual yang diikuti oleh pemeluk kepercayaan.
Dan setiap tanggal 15 Suro, diselenggarakan ritual besar dengan diikuti dari luar daerah yang dilanjutkan dengan pementasan kesenian tradisional setempat.
Tersedia pula Batu Meja, berlokasi di Dusun Mijil.
Menurut legenda, batu tersebut berfungsi sebagai tempat persembahan, hingga kini masih dianggap keramat oleh masyarakat Desa Giritengah.
Desa Giritengah terkenal sebagai desa perajin topeng dan banbu.
Wisatawan bisa berkunjung dan melihat serta belajar bagaimana cara membuat kerajinan ini.
Di Desa Wisata Giritengah, wisatawan juga dapat langsung merasakan Susu Kambing Etawa yang mereka perah sendiri serta memberi makan kambing.
Selain itu, budidaya lebah madu menjadi produk unggulan dari desa ini.
Madu dipercaya dan telah terbukti secara medis, sangat bagus untuk ketahanan tubuh dan membantu menyembuhkan berbagai penyakit.
Di Dusun Ngaglik dan Kamal yang merupakan pengahasil madu terbanyak, pengunjung dapat belajar bagaimana cara budi daya lebah penghasil madu ini, dan juga bisa berinteraksi, bagaimana cara mengambil madu dari sarangnya.
Desa ini juga sering menerima kunjungan studi cara budi daya madu.
12. "Nirwana Sunrise" Desa Wisata Karangrejo