DEMAK: Kolam Wudu, Sejarah Masjid Agung Kasultanan Demak Bintoro

Kolam Wudu, Sejarah Masjid Agung Demak
Sumber :
  • pariwisata.demakkab.go.id

Demak, WISATA Kolam wudu bersejarah yang berada di depan Masjid Agung Demak, Jawa Tengah ini merupakan salah satu situs peninggalan kerajaan Kasultanan Demak Bintoro

Pada  masa abad ke 15, saat berdirinya Kasultanan Demak Bintoro, kolam ini terletak di sebelah Timur laut Masjid Agung Demak, atau sebelah kanan depan masjid Agung Demak.

Kolam ini mempunyai ukuran luas sekitar 80 meter persegi dengan panjang 12,5 meter dan lebar 7 meter.

Konon pada masa Kasultanan Demak Bintoro yang dipimpin oleh Sultan Fatah, kolam tersebut sangat banyak berpengaruh dalam penyebaran agama Islam, terutama penyebaran Islam yang dilakukan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.

Saat itu, Kanjeng Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam dengan cara mengasimilasi budaya atau merangkul adat budaya yang ada, yaitu wayang kulit.

Kanjeng Sunan Kalijaga dalam menggunakan wayang kulit, menceritakan bagaimana budi pekerti dan perilaku tindak tanduk manusia.

Manusia dalam hidup bermasyarakat dan bergotong royong dalam rangka menuju atau manembah ke Gusti Allah, "berserah diri”.

Sebelum melaksanakan pagelaran wayang kulit, para kawula yang akan menyaksikan diminta untuk membersihkan diri di kolam dekat masjid.

Mulai dari berkumur di mulut, membasuh muka, membasuh tangan, rambut, telinga sampai dengan kaki, seperti layaknya orang berwudu.

Hal itu juga disampaikan oleh dalang yaitu Sunan Kalijaga, bahwa seorang yang akan manembah marang Gusti, sebaiknya membersihkan diri terlebih dahulu agar bersih, karena yang akan kita sembah atau manembah adalah Allah SWT Yang Maha Suci.

Seiring dengan berjalannya waktu, penyebaran agama Islam semakin banyak yang mengikuti.

Pada masa kejayaan Kasultanan Demak bergulir ke Sultan Trenggono, terjadi suatu peristiwa yang sangat menakjubkan pada masa itu.

Ketika saat itu, Joko Tingkir mengabdi di Kasultanan Demak Bintoro, pada suatu hari datang di masjid Agung, tepatnya pada hari Jumat.

Paman Ganjur kemudian menyarankan untuk membersihkan masjid, namun sesampainya di sana, Joko Tingkir malah duduk jongkok dekat kolam wudu yang akan dilewati oleh Sultan Trenggono.  

Saat itulah, Sultan Trenggono keluar menuju masjid untuk melaksanakan salat Jumat dengan dikawal dua orang di depan.

Pada saat berjalan, kedua pengawal tersebut semakin mendekati Joko Tingkir sampai tinggal satu langkah, para pengawal tersebut akan memegang Joko Tingkir untuk disingkirkan.

Seketika itu Joko Tingkir melompat ke belakang atau mungkur, dengan melewati kolam wudu tersebut yang jaraknya antara 6 sampai 7 meter dan tepat berada di tepi kolam yang dibelakangi.

Kejadian tersebut sempat dilihat oleh Sultan Trenggono, namun karena beliau akan menuju ke masjid, sehingga tidak begitu dihiraukan.

Kemudian kesokan harinya, atas penjelasan paman Ganjur, akhirnya Joko Tingkir dipanggil untuk menjadi prajurit Demak Bintoro.

Karena kolam wudu tersebut banyak menyimpan sejarah, sampai sekarang masih terawat dan dijadikan situs kolam wudu bersejarah.

Dahulu ada juga yang menggunakan untuk mandi, namun lama kelamaan dilarang, karena kadang saat mandi menggunakan sabun sehingga mencemari kolam.

Saat ini, kolam tersebut digunakan sebagai situs sejarah kolam wudu dan taman.

(Sumber: pariwisata.demakkab.go.id)

Sunan Kalijaga: "Suryo Awitaning Dina, Wulan Awitaning Wengi, Pati Awitaning Gesing"